Kamis, 26 Januari 2017

Pengalaman Pertama Ngentot 3some Bareng Kang Yasin Dan Mas Dika (Cerita Johan) #7

Kudapatkan operan bola dari Kang Guntur, kugiring bola mendekati gawang, sedikit bermanufer, ayunkan kaki, tembak… dan GOOOOLLL...... satu sama kupertahankan kedudukan timku melawan tim kampung. Setelah goal celebration, aku minta break ke wasit untuk oper pemain karena cidera ringan lututku semakin terasa sakitnya. Aku keluar arena berjalan sedikit pincang dan digantikan teman pondokku. Seperti biasa aku menepi di bawah pohon beringin yang rindang di bibir lapangan desa. Kupandang dari kejauhan ada Mas Dika duduk di sadel sepeda mininya seperti biasa dengan membawa buku pelajaran di keranjang sepedanya. Ia sengaja melihat turnamen kampung kecil-kecilan tiap hari minggu sore di lapangan balai desa. Kudekati dia, ia memandangiku tanpa ekspresi. Kulempar senyum padanya barulah ia membalas senyumku. Aku duduk rehat selonjoran di bawah sepedanya.

"Halo Mas Dika gimana kabarmu, kok lama gak maen ke sini? Gimana gol cantikku yang kucetak tadi? Sampeyan lihat gak?" Tanyaku membuka pembicaraan. Aku memang sedikit canggung karena alasan pertama yaitu satu, aku sengaja tidak berjabat tangan karena takut kalau dia menolak salaman denganku karena mungkin dia belum memaafkanku. Dua, situasi kami berdua pelik yang masih berstatus menggantung apakah dia menganggapku sahabat atau seorang penjahat kelamin yang suka merenggut keperawanan remaja dan dia membenciku karena mungkin merasa kuperkosa waktu itu.

"Halo juga Han, kabar baik! Aku terlalu sibuk di sekolah Han beberapa hari aku latihan ngedance di rumah temenku."

"Oh oke!" Aku kehabisan topik lagi untuk berbincang lagi dengannya. Jadinya kami saling diam dan memandang permainan di lapangan untuk sesaat.

"Han apa kamu ada waktu gitu, ayok maen ke rumahku?" Ajaknya kemudian mencairkan suasana.

Aku langsung mengerti maksudnya. Namun aku tidak tahu pasti apa yang terjadi pada hasratnya. Apakah ia berhasrat dan ingin melakukan ngentot denganku hanya sebulan sekali atau karena memang mencari waktu yang tepat. Jika memang tebakan pertama yang benar, masak sih ia butuh hubungan biologis selama itu, bahkan sudah sebulan lebih aku baru ketemu dia kemudian mengajakku ngentot lagi. Biasanya kan hasrat kaum gay dan bisek sangat menggebu-gebu kalau bisa setiap malam sebelum tidur harus mengeluarkan pejuh. Lah Mas Dika malah sebulan lebih. Padahal aku selalu berfantasi memperawaninya kalo lagi onani. Aku juga masih selalu bergubungan seksual dengan Kang Yasin setiap malam selasa. Yah semoga saja memang dia merencanakan dengan matang tentang rencana ngentot yang akan kami lakukan lagi.

"Oke dengan senang hati, aku selalu menantikan kesempatan ini Mas, tapi sampeyan baru muncul setelah sebulan lebih bahkan tidak pernah kelihatan pas jumatan." Keluhku.

"Iya iya maaf, aku memang minggu-minggu ini sering jumatan di masjid sekolah. Terus aku juga banyak kegiatan baru di sekolah dan di luar sekolah."

"Terus aku kapan bisa main ke rumahmu Mas?"

"Gimana kalo besok jumat?" Katanya.

"Boleh juga tuh kan kegiatan di pesantren libur. Kalo gitu aku mau bolos pramuka lagi deh di sekolah, terus jadi yang diundang hanya aku sendiri?."

"Kalo kamu ajak temen pondokmu yang sejenis seperti kita yang pernah kamu ceritakan waktu itu ya boleh-boleh saja. Tapi jangan ajak yang lain selain Kakang yang kamu rahasiakan itu loh ya!"

"Beres... aku bikin surprise buat sampeyan, pasti sampeyan suka sama dia!"

"Janji loh ya! Janji sahabat?" Ia mengacungkan kelingkingnya tanda meminta janji. Janji sahabat katanya.

Aku tersenyum bersyukur karena aku dianggapnya sahabat bukan kekasih, artinya aku bebas mau ngentot sama lelaki siapa pun tak ada halangan lain. Kemudian kukaitkan kelingkingnya dengan kelingkingku dan kubalas "Oke, janji sahabat!".

Kami saling tersenyum kemudian tertawa bersama. Ingin rasanya kupeluk dia tanda setia sahabat tapi kondisi saat itu tidak memungkinkan. Ia juga menghargai privasiku sebagai gay pesantren dari kampung yang terselubung, jadi ia tidak mengajak berpelukan. Tapi hati kami saling tahu dan mengikat satu sama lain.

Priiitttt.....

Tanda pertandingan selesai semua pemain beristirahat. Mas Dika sadar kondisi, ia segera bergegas memberikan nomor hpnya di catatan kertas dan diberikan padaku. Sambil ia bergegas mau pulang ia katakan sekali lagi, "Sebenarnya siapa sih Han yang akan kau bawa ke rumahku besok jumat?" Tanyanya sambil akan berlalu.

"Rahasia..." Bisikku dari kejauhan sambil ku kedipkan mata sebelah. Tampaknya ia juga membalas kedipan mataku kemudian mulai menggenjot sepeda dan pulang.

Anak-anak mulai ngaso setelah tanding seri tetap 1 - 1. Mereka menyusulku duduk di bawah pohon beringin di bibir lapangan. Banyak dari mereka kemudian membullyku dengan ngatain pacaran lah, main serong lah, homo lah dll. Sudah kuduga sebelumnya. Aku tetap diam cuek sok cool. Sebenarnya aku kurang terima guyonan mereka yang seksis cenderung mendiskriminasi kaum homoseks dan dijadikan bahan olok-olokan. Secara tidak langsung mereka juga menghinaku. Tapi apa daya mereka mayoritas sedangkan aku minoritas. Atau mungkin banyak dari mereka juga sama sejenisku gay atau bisek tapi belum berani menunjukkan jati dirinya. Pasti kasihan sekali mereka menghianati perkataannya sendiri. Pasti lebih menderita dari aku karena hasratnya hanya berakhir pada keluarnya pejuh saat tangannya mengocok kontolnya dengan membayangkan pria fantasinya yang tampan dan berotot atau gemuk. Kasihan banget hidupnya nggak bisa memaksimalkan potensi hubungan seks sejenis padahal jelas-jelas dia homo tapi gak pernah diemut kontolnya, gak pernah ngemut kontol, gak pernah ditusuk silitnya, atau gak pernah nusuk silit homo sejenisnya iuh. Umpatku merendahkan homo munafik seperti mereka namun hanya dalam hati. Aku hanya mengibur diri karena merasa didzolimi.

***

"Ahh... ummm uhh... aww... shh... mmmm...Kang, ak... aku punyaaa.... aw... punya simpenan cowok lagi... hah eemm... selain sampeyan Kang..." Keluhku berusaha bicara jujur di saat Kang Yasin mengentoti silitku pada malam selasa di kamar pondok kami.

Tiba-tiba Kang Yasin menggenjot sekuat tenaga. Kami sama-sama mengeluh berkepanjangan. Aku hampir klimaks, dan ternyata kontol Kang Yasin lebih dulu menyemburkan pejuhnya di dalam anusku.

"Akhh.... haahhh... huuh.... mmmm...." Desahnya dengan nafasnya yang tersenggal-senggal berusaha mengaturnya. Kemudian ia mencabut kontolnya dari anusku, lalu tidur membelakangiku, membiarkanku sendiri menanti klimaks yang tak kunjung datang rangsangan kenikmatan lagi dalam tubuhku.

Dadaku masih tercampur aduk. Aku ditinggal tidur begitu saja dengan Kang Yasin dengan kondisi hampir klimaks. BANGSAT!!! Umpatku dalam hati.

"Kang ayo lanjutin lagi, aku belum klimaks nih!" Tuntutku.

"Enggak ah, aku udah capek!" Ujarnya dengan malas.

"Kalo gitu aku gantian yang entotin sampeyan ya Kang!" Pintaku padanya.

"Gak mau aku Han. Aku udah capek, aku udah malas." Ujar Kang Yasin.

Anjing nih orang, enak aja gak bertanggung jawab abis ngentotin pantat orang sudah terlena, hampir klimaks eh malah ditinggal kabur. BANGSAT... umpatku dalam hati.

Kubangkitkan tubuhku yang telanjang total. Ketika berdiri kurasakan pejuh Kang Yasin Yang licin mengalir di paha dalamku meleleh hingga mengalir dekat belakang lututku. Kutampung pejuh Kang Yasin yang mengalir di pahaku dengan tangan kemudian kulumerkan di kontolku yang masih ngaceng lalu kukocok kontolku dengan mudah karena licin pejuh Kang Yasin turut membantu mempermudah kocokan kontolku yang hampir klimaks.

Kubenggangkan kaki Kang Yasin yang malas-malasan dari bawah. Akan kumasukkan kontolku ke silitnya. Namun ia berontak. Awalnya ia menarik kembali kakinya yang sempat kubimbing. Ia kembali lagi tidur miring dengan kondisi masih telanjang total. Sudah kusadari tampaknya dia marah mungkin karena pengakuanku yang punya cowok gay simpanan yang barusan kuberitahu. Kubelai lagi pahanya agar Kang Yasin terrangsang kembali dan mau kugagahi. Kubelai paha hingga kontolnya yang masih menegang. Namun dia membalas dengan menyibakkan sentuhan tanganku yang membuatnya tidak nyaman. Hal ini benar-benar membuatku geram. Usahaku tidak sedikitpun dihargainya. Kang Yasin betul-betul egois. Kubuka pahanya dengan paksa, dengan terpaksa kuperkosa dia.

Saat kuberusaha memasukkan kontolku ke silitnya, ia kaget dan bilang "Apaan sih kamu Han!" Sambil menendang dadaku hingga aku tumbang ke belakang.

Aku tak habis akal akhirnya kutonjok perutnya dengan harapan memancing hasratnya timbul lagi, karena Kang Yasin suka gaya hardcore sex yang brutal. Setelah kutonjok ternyata dia membalas menonjok mukaku. Aku jatuh, benar-benar tidak percaya yang dilakukan Kang Yasin. Aku sakit hati hingga aku hampir menangis. Ia menonjokku dengan sungguh. Dan ia kembali tidur miring membelakangiku setelah menonjokku seperti tidak punya salah. Dadaku sesak. Aku telah disakiti Kang Yasin. Tangan kiriku menutupi pipiku yang usai ditonjok berharap sakitnya cepat hilang. Aku terdiam sambil melihati punggung dan belahan bokongnya dari belakang. Aku menahan tangisku dan mengendalikan dada sesakku akibat sakit hati gara-gara kekerasan yang dilakukan Kang Yasin padaku.

Aku mencoba mengendalikan emosiku. Kucari-cari kesalahanku mungkin pengakuanku saat aku punya gay simpanan melukai hati Kang Yasin. Tapi mana mungkin. Aku dan Kang Yasin hanya merupakan pasangan ngentot untuk kepuasan hasrat semata. Kami bukan pasangan gay romantis yang saling mencintai dan menyayangi seperti pasangan gay di kota metropolitan. Kami tidak punya uang untuk menyambung hidup bersama seperti menikah. Makan, minum, serta fasilitas penunjang masih bergantung pada donatur panti asuhan. Mana mungkin Kang Yasin yang brutal seperti ini bisa cemburu hatinya saat aku punya simpanan gay di luar hubungan seksual kami?? Aku yakin Kang Yasin bukan gay yang cengeng, ia gay yang tangguh. Ia sama seperti kebiasaan lelaki pada umumnya, ia main bola, ia ikut pencak silat, ia nonton bokep bareng dan mengocok bareng teman-temannya dll. Hanya orientasi seksualnya saja yang cenderung menyukai lubang pantat dibandingkan lubang vagina.

Mulai kudekati dia dari belakang. Kuelus punggungnya yang penuh lekukan otot serta sedikit mengkilat karena keringat yang keluar akibat aktivitas ngentotin pantatku yang menguras energi.

"Kang aku minta maaf ya, mungkin aku punya salah yang menyakiti hatimu. Tapi jujurlah padaku, katakan apa salahku biar bisa kuperbaiki lagi. Agar aku bisa introspeksi diri." Ujarku menyesal, sambil mengelus punggungnya yang mengkilat penuh keringat.

Ia berbalik duduk didepanku. Kini kami duduk bersila sambil berhadap-hadapan. "Aku nggak suka kamu punya pasangan gay lain selain aku!" Bentaknya ke arahku.

"Apa alasanmu Kang kok gak suka kalo aku punya simpenan lain, kamu cemburu ya Kang?" Tanyaku memojokkan dia.

"Terus kalo aku memang cemburu, kamu puas? Hati-hati ya Han, bisa kuhabisi kau nanti kalau macam-macam." Ancamnya sambil kedua telapak tangannya mencengkeram leherku yang siap dicekik, namun dilepaskan kembali setelah dia selesai bicara.

Aku agak ketakutan dengan reaksi Kang Yasin yang seperti itu. Tapi kukuatkan diriku dengan terus meminta penjelasan agar masalah cepat selesai.

"Lantas hubungan kita selama ini gimana Kang? Status kita nggak pacaran, bahkan sampeyan gak pernah mengungkapkan cinta padaku. Apa hak sampeyan cemburu padaku. Aku sendiri gak pernah cemburu sama sampean saat sampeyan menggoda Mas Dika si banci kampung itu waktu di lapangan. Kalo boleh jujur aksi nekat sampeyan waktu itu keterlaluan lo Kang, tapi aku gak ada sedikitpun rasa cemburu."

Kang Yasin hanya terdiam serta menundukkan kepala.

"Aku tegaskan ya Kang, hubungan kita selama ini hanya teman relasi seksual saja. Temen ngentot! Aku harapkan dalam hubungan kita ini jangan disangkut pautkan dengan urusan hati. Aku gak ingin hubungan ini dimodel seperti pacaran yang saling mesra, saling cemburu, saling mencintai semuanya itu gombal Kang! Kita hanya sekedar teman ngentot aja cukup, gak perlu cinta-cintaan, cemburu cemburuan kayak tai! Sampeyan puas, aku puas, selesai!" Tambahku semakin berapi-api karena emosi.

"Maafin aku Han, kamu bener, hubungan ini gak bisa diteruskan. Kita hanya teman ngentot saja tiap malam selasa itu aja udah cukup. Aku yang terlalu lemah Han, seharusnya aku bisa memisahkan urusan ngentot dengan urusan hati seperti kamu Han. Entah mengapa aku bisa cemburu sama kamu Han kalo kamu punya simpenan gay lain. Aku memang bodoh bodoh bodoh! Maafin aku ya Han, seharusnya hatiku kusimpan untuk muslimah solehah yang akan jadi istriku kelak. Sekali lagi aku minta maaf Han karena aku belum bisa mengendalikan hatiku sendiri karena aku belum berpengalaman soal pacaran sama perempuan sampai detik ini Han..." Sesalnya seraya merundukkan kepalanya dihadapanku.

Aku tahu begitu peliknya gejolak di dalam hatinya. Kupeluk dia, kutenangkan hatinya, dan kuusap punggungnya. Ketika kupeluk dia ternyata ia malah menangis terisak-isak. Tak kuduga ternyata dibalik sosok Kang Yasin yang berbadan kekar, berotot baja, suka ngentot brutal dengan gaya frontal, dan berkontol kuda ternyata mempunyai hati yang rapuh.

Kutenangkan dia, kemudian kutidurkan. Kang Yasin masih terisak-isak walaupun air matanya sudah tidak keluar lagi. Kuambilkan segelas air minum dari ceret agar dapat membantu memenangkan. Malam itu masih menunjukkan pukul 10 tetapi permainan kami berhenti sampai sini dulu karena situasi kurang kondusif. Kontolku kini tak lagi tegang dan berhasrat gara-gara hatiku terlalu berempati pada Kang Yasin. Kukenakan kemeja lusuh dan sarungku kembali. Kemudian kususul Kang Yasin tidur. Kupeluk dia dari belakang.

***

Paginya aku duduk di balkon pondok sambil merokok menemani Kang Yasin yang sibuk mencuci baju. Ia tampak berusaha keras mengucek sarung-sarungnya yang berat terkena air. Kang Yasin penuh peluh dan cipratan busa Rinso di perutnya yang sedang bertelanjang dada. Kang Yasin cuek saat aku datang menghampirinya. Kuhembuskan asap rokokku ke arah wajah Kang Yasin, menggoda agar aku dapat perhatian. Ternyata ia tetap cuek. Kutekadkan akan memberi kejutan dan pengakuanku padanya sehabis ngambek.

"Kang aku punya kejutan buat sampeyan Kang." Sapaku membuka obrolan.

"Apa Han!" Ia mulai merespon.

"Aku mau ngajak sampean main ngentot 3some sama gay simpenanku, sampeyan mau gak?"

"Emm emang siapa gay simpenanmu yang kau maksud Han?"

"Mas Dika." Jawabku singkat.

Ia menoleh kearahku menatap mataku yang sedikit kaget.  Ada senyum yang tak dapat disembunyikan di ujung bibirnya yang sedikit nungging.

"Beneran Han? Iya wes aku mau, aku pengen banget ngentotin anak itu dari dulu sebenernya, tapi malu, gak bisa ngomong aku. Ehh malah keduluan kamu."

"Iya-iya besok jumat kita diundang ke rumahnya. Entahlah kita nginep di sana berapa hari, mungkin sampai orang tuanya kembali." Ujarku.

"Oke deh, kalo gitu. Eh ngomong-ngomong kamu sama Dika gak pacaran? Kok ngajak ngentot bareng aku? Apa kalian gak saling cemburu?" Tanyanya penasaran.

"Tenang aja Kang, aku sama Mas Dika cuma sahabatan kok, dia teman ngentotku aja, sama seperti sampeyan Kang. Malah dia pernah nembak aku ngajakin pacaran. Tapi aku tolak, soalnya aku lebih suka menjalin relasi ngentot aja dibanding hubungan pacaran. Jadi kita hanya sahabat. Nggak mungkin kan Kang kita kita kaum gay kampung mau menikah, bisa-bisa kalo sampe ketahuan, kita malah dihukum cambuk sama Kyai."

"Oh gitu ya, oke deh artinya gak ada masalah kan kalau aku masuk di ranah simpanan gay mu?"

"Silahkan Kang, misalnya sampeyan mau pacaran sama Mas Dika ya monggo, itu terserah sampeyan dan Mas Dika. Hahahahaha!!!"

Kami saling tertawa. Aku tidak begitu  memperdulikan omonganku yang barusan akan menyinggung hati Kang Yasin lagi atau tidak. Tapi buktinya dia malah ketawa. Walaupun di luarnya ketawa, tapi siapa tau di dalamnya ternyata teriris-iris karena tersiggung. Hanya dia dan Tuhanlah yang tahu.

***

Mas Dik@
13-01-2010 Rab
Maz besok jumat j4di kan? Aq mo bikin surprise ke sampexn. Blz c4.
Dikirim pada 14.20

Mas Dik@
13-01-2010 Rab
Jadi lah! Oke aku tunggu ya. 
~~««* D!cHa Cuuph *»»~~
14.23

Mas Dik@
13-01-2010 Rab
Oke...
Dikirim pada 14.35

***

Hari jumat telah tiba. Waktu di henfon nokia jadulku menunjukkan pukul 14.00. Aku dan Kang Yasin janjian di lapangan balai desa menunggu jemputan Mas Dika yang meminta ketemuan di lapangan.

Dari kejauhan Mas Dika berjalan kaki menyusul kami. Dia berhenti dari langkahnya kemudian memberi kode melambaikan tangan menyuruh kami datang menjemputnya. Kami langsung menghampirinya. Mas Dika menunggu kami di jalan tanpa harus ke lapangan.

"Owalah sampeyan to Kang, ternyata sampeyan suka silit? Kirain cowok macho kayak sampeyan cuma suka tempik cantik." Ujar Mas Dika menyapa Kang Yasin.

gamber illustrasi, Sumber: Twitter @RemajaJKT

"Asu kon! Tak bikin nangis nanti kamu ya!" Ejek Kang Yasin kepada Mas Dika.

"Han, Dika waktu kamu perawani nangis gak?" Tanya Kang Yasin padaku dihadapan Mas Dika yang memang niat mengejek Mas Dika.

"Nangis Kang bentar, tapi lama-lama mendesah ketagihan." Jawabku jujur sambil ketawa mengingat kejadian tersebut.

Kami saling tertawa. Kami bertiga berjalan menuju ke rumah Mas Dika sambil menceritakan hal yang seharusnya menjadi rahasiaku dan rahasia Mas Dika. Aku dan Mas Dika saling membuka rahasia tentang cerita persetubuhan kami kepada Kang Yasin. Kadang kami saling mengejek, kadang kami saling memuji. Kami bertiga saling tertawa terbahak-bahak setelah mendengar cerita persetubuhan yang penuh bumbu-bumbu ngaco dari Mas Dika hingga cerita persetubuhan yang kulakukan dengan Mas Dika waktu itu berubah jadi konyol.

***

Kami bertiga sudah masuk kamar Mas Dika. Aku duduk di tepi ranjangnya. Kang Yasin berdiri menyambut Mas Dika yang masih mengunci pintu kamarnya. Setelah selesai mgengunci pintu kamarnya, Mas Dika langsung menyambar mulut Kang Yasin yang sudah tak sabar menantinya. Mereka saling cipokan. Tampaknya mereka begitu bergairah. Aku masih duduk di bibir ranjang melihat aksi mereka berdua sambil menunggu respon salah satu dari mereka. Mereka tetap sibuk berciuman. Aku hampir mati gaya seolah kehadiranku mengganggu mereka. Tak berselang lama tangan Mas Dika meraih tangangku memberi sarat mengajakku bergabung dengannya. Mereka masih berciuman dengan ganas. Kemudian bokong Mas Dika di suguhkan tepat di hadapan wajahku memberi isyarat agar aku bermain-main di bokongnya.

Kuplorotkan kolor Mas Dika. Dua bongkah bokong Mas Dika nyembul tepat dihadapanku. Kuelus-elus bokongnya sesekali kutampar celpass cepless hingga sedikit memerah. Kuciumi bokong Mas Dika lalu ku robek belahan pantatnya hingga lubang anus yang pernah kuperwani waktu itu terbuka. Kuplorotkan celanaku untuk membebaskan kontolku yang tegak biar merdeka. Aku belum puas memainkan bokong putih mulus yang empuk menggairahkan milik Mas Dika. Kubuka kembali belahannya lalu kutenggelamkan wajahku di sana. Kujilat-jilat lubang anusnya. Rasa jijik merimming yang biasa kubayangkan tiba-tiba berubah menjadi nafsu yang menggebu ketika dihadapkan lubang silit yang benar-benar nyata dihadapanku. Kujilati terus lubang anus Mas Dika tanpa ampun.

Tampaknya Kang Yasin sudah jongkok menyervis kontol Mas Dika. Mas Dika berdiri sambil menikmati servis yang kami berdua berikan sambil tangannya berpegangan di kepala Kang Yasin. Satu persatu pakaian kami sudah terlepas hingga kami bertiga sudah telanjang bulat di kamar Mas Dika.

Aku mengakhiri peemainanku di pantat Mas Dika, kemudian disusul oleh Kang Yasin yang juga mengakhiri oralnya. Aku dan Kang Yasin kembali berdiri, sedangkan Mas Dika duduk di bibir ranjang tempatku duduk tadi. Kontol kami yang mengacung di hadapan Mas Dika kemudian dikocok dengan kedua tangannya lalu diemut bergantian. Kocokan mantap Mas Dika membuatku terbuai. Aku dan Kang Yasin berciuman dan saling meraba puting kami yang melenting.

gambar illustrasi, Sumber: Twitter @ebariz

Sudah puas kontol kami dikocok Mas Dika kini kami memulai untuk beraksi. Kang Yasin mendorong bahu Mas Dika hingga ia terlentang di kasur. Kaki Mas Dika yang masih menggantung di bibir ranjang diangkat dan di sampirkan di bahu kokoh Kang Yasin. Tampaknya Kang Yasin menginginkan mendahului untuk menjebol lubang silit Mas Dika. Dimasukkannya kontol gagah perkasa milik Kang Yasin ke dalam lubang Mas Dika. Kontol Kang Yasin mudah masuk karena sebelumnya ada bekas ludahku di silit Mas Dika selain itu kontol Kang Yasin yang penuh liur usai dioral Mas Dika mempermudah entotannya karena sudah licin.

Mas Dika mengerang-erang akibat aksi entotan brutal Kang Yasin yang sangat kasar. Aku naik di ranjang lalu melangkahi kepala Mas Dika, lalu jongkok mendulang mulutnya dengan kontolku agar berhenti mengeluh. Bokongku hingga nungging mengarah ke Kang Yasin yang berada di belakangku. Mulut Mas Dika penuh dijejali kontolku hingga ia sedikit tersedak sampai mukanya memerah dan melinangkang air mata. Aku tidak peduli, terus kujejalkan kontolku ke mulutnya dan memainkan maju mundur. Tiba-tiba dari belakang bokongku diceples Kang Yasin. Kubiarkan saja aksinya, karena fokusku lebih menikmati oralan Mas Dika. Tidak lama kemudian bulu kudukku berdiri di sekujur punggung karena ulah Kang Yasin yang tiba-tiba menjilat anusku. Aku mendesah dan menggelinjang. Kutengok ke belakang kulihat Kang Yasin sibuk ngentoti Mas Dika dan merimming lubang anusku.

gambar illustrasi, Sumber: Twitter @homovid

Setelah puas, kemudian kami berganti posisi. Aku tidur terlentang kemudian Mas Dika melangkahi tubuhku dan memasukkan kontolku di pantatnya. Pantatnya yang dijejali kontolku bergoyang-goyang seraya tangannya membelai putingku. Sedangkan Kang Yasin mulai memasukkan kontolnya dalam mulutku. Rongga mulutku langsung penuh kontol Kang Yasin yang penuh lilitan urat sebesar kelingking balita, keluar masuk dalam mulutku. Kami semua saling mengeluh mendesah menikmati permainan ngentot bertiga yang termasuk pengalaman baru kami.

gambar illustrasi, Sumber: Twitter @ebariz

Kami sering berganti posisi, namun peran kami tetap. Aku dan Kang Yasin menjadi top, sedangkan Mas Dika bot. Pada puncak permainan kami, aku berada di bawah tidur terlentang. Mas Dika menduduki kontolku dan membelakangiku seraya tangannya berpegangan lututku. Bokongnya yang sedikit terangkat memberikan space agar kontolku bisa menggenjot pantatnya. Kang Yasin sibuk menggenjot mulut Mas Dika dengan kontolnya seraya tangannya memegangi kepala Mas Dika.

"Akh... ak... aku... mau keluar... hah... shhh...." kataku terbata-bata sambil terus menggenjot pantat Mas Dika naik turun.

Tak ada yang merespon, mereka berdua sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Karena sudah tak tahan akhirnya kutetan punggul Mas Dika agar menduduki kontolku lebih dalam dan Croooot..... crooootttt.... crroooottt.... crrooooottt.... crroooott... crrroooott... pejuhku keluar di dalam pantat Mas Dika bercampur dan menyatu degan sanubarinya. Sesekali ia menggoyang-goyangkan pantatnya seperti goyangan penyanyi dangdut. Kuraih dada Mas Dika hingga pinggungnya jatuh di perut dan dadaku. Kontol Kang Yasin terlepas dari mulut Mas Dika karena badannya kuraih untuk kucumbui. Pipi leher dan belakang daun telinga Mas Dika kucipok basah. Kontolku masih tatap penancap di anusnya.

Tiba-tiba Kang Yasin jongkok dan berniat memasukkan kontolnya di lubang anus Mas Dika yang masih ditempati kontolku. Tampaknya Kang Yasin sangat beringas. Awalnya jemarinya menerobos lubang pantat Mas Dika. Terasa sekali di kontolku jika jemari Kang Yasin berusaha melonggarkan bibir anus Mas dika agar elastis. Tak lama kemudian kontol Kang Yasin menerobos paksa masuk dalam lubang anus Mas Dika. Mas Dika mengeluh nangis sambil berteriak-teriak menuntut agar semua kontol kami di keluarkan dari anusnya. Tangisan Mas Dika malah membuat Kang Yasin semakin beringas. Ia terus menggenjot lubang anus seraya tangannya membantu mengocok kontol Mas Dika. Sementara Mas Dika semakin teriak kesakitan hingga air matanya luber membasahi keningku. Kubungkam mulut Mas Dika dengan tanganku karena aku khawatir ada tetangga yang mendengar aksi ngentot kami. Ia tetap berteriak di namun suaranya berhasil kuredam dengan bungkaman tanganku. Lama-lama aku sedikit kasihan dengan Mas Dika. Kulepaskan batang kontolku dari lubang anusnya, agar lubang anusnya hanya ditempati kontol Kang Yasin saja. Namun kemudian tangan Kang Yasin meraih kontolku dan memasukkan kembali ke dalam lubang Mas Dika kemudian disusul kontolnya masuk kembali. Kini terdapat 2 kontol yang bersemayam dalam lubang silit Mas Dika.

Tampaknya Mas Dika berhenti menangis dan berganti mendesah nikmat akibat kocokan keras tangan Kang Yasin di kontol Mas Dika yang membuatnya terangsang. Tak lama kemudian tubuh Mas Dika kejang-kejang di atas tubuhku. Tampaknya ia akan memuncak. Kang Yasin semakin memacu genjotan kontolnya dan mempercepat kocokan di kontol Mas Dika. Sementara aku membantu menggrepe kedua putingnya dan menjilati leher belakangnya. Ia mengeluh panjang dan Croooottt..... crroooott... crrooott.... crroooottt.... crrrooottt... crrrooot... pejuhnya lumer di perutnya yang kerempeng.

gambar illustrasi, Sumber: Twitter @ebariz

Tak lama kemudian Kang Yasin mencabut kontolnya lalu berdiri dan kakinya melangkah di tubuh kami berdua. Ia mengocok kontolnya di hadapan muka kami dan Croooottt..... crroooott... crrooott.... crroooottt.... crrrooottt... crrrooot... pejuh Kang Yasin menembaki muka dan rambut kami berdua.

Kami semua berbaring di ranjang dan saling berciuman, menjilat puting, menyedot leher, dan saling mencumbu satu sama lain.

***

Ada sms dari teman pondokku masuk di henfonku yang menginformasikan bahwa akan ada tamu donatur dari luar kota yang ingin berbagi rezeki pada semua penghuni panti. Dengan terpaksa aku harus balik ke pondok sebelum tamu donatur yang berderma tersebut pulang. Harus kukatakan ke Mas Dika bahwa aku tidak bisa menginap malam ini. Kuberitahu ke Kang Yasin jika panti kedatangan tamu donatur, namun ia tidak seantusias aku yang butuh uang jajan tambahan. Kang Yasin memilih menginap dan menghabiskan malam dengan ngentot sepuasnya denga Mas Dika. Kukenakan pakaianku kembali yang berserakan di lantai. Ku toleh ke belakang, mereka malah asik berciuman sepertinya akan memulai ronde berikutnya. Aku berpamitan lalu pulang ke panti sendirian. Mereka membiarkanku pergi dan tidak menjawab salamku karena keasikan ciuman.


Cerita Selanjutnya Baca: Kontol Lik Bambang Menjadi Milikku Selamanya (Cerita Johan) #8


Baca "Cerita Johan" Dari Awal: Keperawananku Direnggut Lik Bambang (Cerita Johan) #1

Kamis, 19 Januari 2017

Menguras Pejuh Mas Dika, Ngentot Hingga Tiga Ronde Dalam Semalam (Cerita Johan) #6

Kubuka kelopak mataku dengan berat. Kornea mataku menyempit berusaha fokus dengan keadaan. Mataku menyapu ruangan ternyata yang kuamati bahwa aku sedang telanjang bulat beserta seorang lelaki yang juga bertelanjang bulat di sampingku dengan tangannya memeluk dadaku. Baru kusadari aku berada di kamar Mas Dika. Setelah ngentot memperawani Mas Dika tadi siang kemudian aku tidur pulas hingga hilang ditelan mimpi. Kucari letak jam dinding di sisi tembok kamar Mas Dika dan ternyata sekarang menunjukkan pukul 17.30. Kutoleh ke arah Mas Dika dia masih tidur pulas merangkul dadaku, mendengkur lirih serta mulutnya sedikit menganga. Aroma pejuh kering yang menyengat sedikit mengganggu indra penciumanku. Kubangunkan Mas Dika karena suasana sudah petang sedangkan kondisi rumahnya gelap gulita.

"Mas, Mas, Mas Dika bangun... udah malam!" Sambil kukoyak-koyak lembut lengannya.

"Hemm iya..." Jawabnya sambil berusaha mengangkat mata beratnya, dilanjutkan meregangkan tubuh kemudian menguap dan mengucek-ngucek matanya. "Oh udah magrib ya? Sebentar ya Han aku nyalain lampu rumah dulu." Kelakarnya sambil mengenakan celananya yang berserakan di lantai akibat aktivitas kami saat ngentot tadi siang.

Ia berpaling keluar kamar. Tidak lama kemudian satu per satu lampu di setiap ruangan di rumahnya terang. Kukenakan celana pramukaku yang sedari sepulang sekolah belum sempat ganti. Kuhampiri Mas Dika yang kelihatannya sibuk. Kesana kemari, ke dapur, ke ruang tengah, nyari kunci yang keselip, buka kulkas, nyalain kompor gas, tuang air. Dll.

"Lagi ngapain Mas? Sibuk banget?" Tanyaku penasaran.

"Mau masak buat makan malam. Kamu gak mandi dulu?" Tanyanya kemudian.

"Nanti aja ah masih males aku"

"Masih males apa pengen mandi bareng aku??" Godanya kemudian.

"Ih apaan sih Mas Dika ini, resek! Yaudah deh aku keburu laper kalo gitu aku mandi dulu ya!"

"Yaudah sana mandi aja dulu, aku masak dulu. Oh iya bentar aku ambilin handuk sama baju ganti ya. Nanti kamu nginep sini temenin aku. Oke!" Ujarnya sambil sibuk kesana kemari membuka-buka lemari membawakan aku handuk dan baju ganti.

***

gambar illustrasi, Sumber: Twitter @ozyfauzy2211

Pukul 9 malam aku yang sedari tadi melihat TV tiba-tiba dihampiri Mas Dika duduk dempet di sampingku sambil membawa dua cangkir susu panas dan dikasihkan aku satu. Ia menyandarkan kepalanya di bahuku sambil menonton TV.

"Han permainanmu tadi siang enak banget loh!" Tiba-tiba ia memujiku.

"Oya?? Hahaha siapa dulu dong! Johan! Gini-gini aku sudah berpengalaman, jadi memperawani pantat itu bukan masalah Mas! walaupun sepertinya mudah tapi harus menggunakan skill khusus Mas agar lawan kita bisa klepek-klepek." Kelakarku membanggakan diri karena dapat pujian sebelumnya.

"Emangnya kamu pake teknik apa kok bisa sampai bikin aku klepek-klepek?"

"Kalau itu rahasia dong! Hahaha!"

"Hemm masak? Kalo gitu ayo buktikan lagi nanti malam, pokoknya kamu harus bisa bikin aku klimaks berkali-kali. Awas ya kalo cuma sekali nanti aku sentil kedua bolamu." Tantangnya.

"Boleh siapa takut, pokoknya kalo sampai aku berhasil membuat klimaks sampean lebih dari satu kali, pokoknya aku minta hadiah dari sampeyan."

"Apa itu?" Tanyanya kemudian.

"Kerjain semua PR ku dan tugasku di sekolah."

"Okeh, deal ya! siapa takut."

***

Di dapur kami saling berciuman. Lidah kami saling tangkis, saling emut dan saling sedot. Pipi, mata, hidung, kening, dagu, telinga, leher, tengkuk sudah ku cipok, sedot, kecup, cium, cecap, jilat, dll. Hal tersebut untuk pemanasan agar dia cepat bergairah. Kubuka kaosnya kuhempaskan kaosnya ke lantai, sementara mulutku tak ingin berlama-lama lepas dari mulutnya. Sementara bibirku menyipoki bibirnya, tanganku menggerayangi tubuhnya. Perut, punggung, dada, puting, iga, lengan, hingga bokongnya. Gilirannya yang ingin mencipoki wajahku, kubiarkan saja aksinya. Mata, hidung, pipi, kening, dagu telinga, leher, dan tengkukku tak luput dimanjakan oleh bibirnya yang mungil tipis agak kemerahan karena tidak pernah merokok. Bajuku dibuka dan dihempaskan di lantai. Ciuman kami sangat ganas kami saling mendorong tubuh lawan saking berseleranya. Tak jarang Mas Dika sampai pegangan dan tubuhnya bersandar di meja makan agar tidak tumbang ke belakang saat bibirku menyeruduk bibirnya.

Dari dapur kugendong tubuh kerempeng Mas Dika ke kamarnya. Kakinya melingkar di pinggangku, kugendong dia dan kuhempaskan tubuhnya ke springbednya. Dia tertawa manja. Kutindih tubuhnya kucipokin mulutnya beberapa menit kemudian kuplorotkan celananya. Sementara tangangku memplorotkan celananya, bibirku menyedot-nyedot putingnya secara bergantian. Kusedot-sedot, kusapu dengan lidahku, bagian puting, iga, dan perutnya. Dia menggelinjang keenakan. Tanganku membelai lembut kontolnya yang sudah ngaceng total sedari tadi yang masih terbungkus di dalam sempak. Terus ku gosok tonjolan sempaknya seperti menggosok teko aladin, dan tiba-tiba batang kontolnya mencuat mengacung tegak keluar dari sela-sela samping sempak. Kulepaskan sekalian sempak yang agak.mengganggu. dan sekarang Mas Dika benar-benar telanjang total dihadapanku. Tangan kiriku menggelitiki lembut kontolnya, tangan kananku menggelitiki lembut iga dan perutnya, bibirku menyedot-nyedot lembut serta lidah menyapu bagian dalam paha Mas Dika. Dia menggelinjang, molat-molet, kadang sedikit tertawa akibat gelitikanku, kemudian kembali berekspresi erotis menantangku.

gambar illustrasi, Sumber: Twitter @sadewa039

Kukecup-kecup mulut kepala kontolnya yang seperti mulut ikan. Aku mendongak ke atas, ia tersenyum bangga padaku. Kubalas senyumannya. Kukocok batangnya precumnya sedikit timbul. Kujilat precumnya yang bening rasanya asin khas rasa lelaki. Kulahap kontolnya. Pelan pelan kumasukkan hingga habis tertelan mulutku. Kepala kontolnya kuusahakan menyentuh tenggorokanku. Aku tersedak, terbatuk-batuk hingga air mata meleleh dari mata juga hidung. Kutelan lagi kontolnya namun tidak terlalu dalam. Kumaju mundurkan kepalaku terus menerus dengan ritme pelan hingga keras, terus menerus tidak berhenti. Kudengar dia mendesah keenakan. Ia menggelinjang tidak karuan. Desahannya tidak lagi bisa ditahan, ia benar-benar mendesah, merengek, teriak tanpa ragu seperti aktor video bokep gay yang ia tunjukkan padaku tadi siang. Tampaknya ia mulai melayang.

"Han... ak... aku.... hah.... emh.... aku... mau keluar...!!!" Desahannya. Kupercepat tenaga kocokanku. Kubuka mulutku di atas kepala kontolnya siap menerima tembakan pejuhnya.

"Njing.... uhh..." ia mengaum panjang.

Crooot... crooot.... crooot... Tenggorokan ku ditembak pejuhnya. Tidak kuinginkan pejuhnya tumpah dari mulutku maka kulahap kepala kontolnya. Kubiarkan rongga mulutku ditembaki pejuhnya yang hangat, licin, dan asin. Crooot.... crooot.... croooot.... crroooot... kupelankan kocokan tanganku di batang kontolnya. Kini rongga mulutku benar-benar penuh pejuh Mas Dika. Tak ada setetes pejuhnya yang berceceran di jembutnya. Semua berhasil kutampung dalam mulutku.

Mas Dika mendesah lega. Ia mengatur nafas. Bibirku yang menutup rapat kepala kontolnya kulepaskan hati-hati agar pejuh di dalam mulutku tidak tumpah. Sementara Mas Dika masih terengah-engah berusaha mengatur nafas yang tak karuan sehabis klimaks. Kemudian ku cepok bibir Mas Dika. Aku berbagi pejuh dengannya untuk dinikmati dan ditelan sama-sama. Kini pejuh Mas Dika yang awalnya ditampung dalam rongga mulutku, kini tampungannya lebih besar karena mulutnya juga ikut menampung pejuhnya. Kita mainkan dulu pejuh Mas Dika di mulut kami sebelum kami telan. Mengalir penuh ke rongga  mulutnya, kemudian di alirkan kembali ke rongga mulutku, kemudian kubagi lagi separo lalu kita telan bersama-sama sampai habis.

***

Aku berbaring di samping Mas Dika. Dia terengah-engah mengatur nafas dengan posisi lemas serta telanjang bulat, sedangkan aku masih telanjang dada dan memakai kolor milik Mas Dika. Aku masih bisa mengontrol emosi serta hasrat ku agar tidak meledak-ledak dan tenagaku bisa kuhemat untuk permainan selanjutnya. Aku harus bisa membawa terbang Mas Dika ke puncak kenikmatannya berkali-kali agar aku terbebas dari PR dan tugas sekolah. Maka dari itu aku harus mengontrol hasratku menjaganya agar tidak meledak-ledak dahulu pada sesi pertama. Dan ternyata aku bisa. Sudah 1-0 dalam hal ini aku yang juara karena masih punya banyak tenaga untuk memuaskan lawan.

Aku terlentang di sampingnya menatap ke awang-awang. "Kayaknya sebentar lagi ada yang punya kesibukan baru ngerjain PRku nih! Udah satu kosong, tenagaku masih perkasa untuk membobol lagi." Godaku. "Gimana Mas masih kuat? Dilanjutin lagi apa istirahat dulu?" Tanyaku menantang.

"Nantang ya! Awas kalo sampe aku belum klimaks tapi kamu udah klimaks duluan, bakal aku sodomi pantatmu!" Ujarnya menantang.

"Oh tidak bisa! Tenagaku tenaga kuda, mana mungkin aku klimaks secepat itu, buktinya tadi siang sampeyan klimaks duluan kan!"

"Okeh kalo begitu ayo coba buktikan!" Tantangnya. Mas Dika memberi kode agar permainan dimulai lagi.

Kuraih kontol Mas Dika yang baru saja tidur, kukocok-kocok ke atas ke bawah. Kontolnya masih terasa licin karena ada bercak liurku di sana yang belum mengering. Kucipok bibirnya yang sedari tadi sudah nyosor malu-malu pingin dilahap. Dada dan tubuh kami saling berdempetan, menggesek gesek hingga menimbulkan sensasi panas di kulit. Tubuh kami kembali gerah. Keringat mulai keluar membuat efek mengkilat saat diterpa sinar lampu kamar di malam hari. Aku beranjak, arahku menuju ke pantat Mas Dika. Kubuka kakinya, kulipat ke atas hingga belahan bokongnya  membuka memberi nafas bibir pantatnya. Kubelai lembut pantatnya dengan telapak tanganku. Jari telunjukku menyentuh area pantatnya. Bergerak melingkar dengan lembut mengitari anusnya. Sentuhan melingkar jariku semakin kecil dan terus mengitari anusnya. Sentuhan lembut jari telunjukku seperti melukis gambar spiral dari pinggir melingkar ke tengah. Kemudian jariku berhenti di pusat lubang anusnya. Rangsangan yang kuberikan tadi membuat bibir anusnya berkedut-kedut. Jariku masih berada di pusat lubang anus Mas Dika. Kuludahi tepat di anusnya kemudian jariku perlahan menyelinap masuk ke lubang anusnya dengan seksama. Kulihat ekspresi Mas Dika merem, mendongak ke atas serta menelan ludah seperti merasakan ketegangan yang penuh nikmat.

Kuputar-putar jariku di dalam sana seraya berusaha meraih sesuatu yang ada di dalamnya. Kukorek-korek terus lubang anusnya dengan jari telunjukku. Kutusuk-tusuk kemudian kemasukkan jari telunjuk tangan kananku. Kini terdapat 2 telunjuk sudah tenggelam dalam anus Mas Dika. Kurenggangkan seperti membuka bungkus snack Chiki. Ia mulai mengeluh menahan sakit karena lubangnya masih sempit karena baru kuperawani siang tadi. Ketika lubangnya mulai terbuka kemudian kuludahi lubang tersebut hingga sebagian liurku masuk ke dalam namun sebagian besar meleleh jatuh. Dengan sigap kutampung lelehan liurku tadi dengan kontolku yang mulai menegang, ku arahkan ke pusat lobang.

Langsung kumasukkan saja kontolku semua sampai dalam. Mas Dika kaget dan berterteriak "awww" sambil menggelinjang. Kugerakkan kontolku maju mundur maju mundur.  Mas Dika terus mendesah, namun kali ini desahan nikmat yang keluar dari mulutnya. Tidak tampak erangan sakit sedikitpun yang dieluhkannya. Kontolku terus menggenjot anusnya. Ia menggelinjang bahkan matanya bisa fokus ke mataku sambil tetap mendesah dan berekspresi erotis seperti menunggu kejutan yang kuberikan.

Ku angkat tubuhnya ke sana ke mari dengan posisi selalu berganti setiap 10 menit sekali. Mulai dari posisi terlentang, doggy style, tengkurap, bottom on top, berdiri, nyamping dari belakang dll. Hingga kira-kira 30 menit berlalu dia mengocok sendiri kontolnya sepertinya ia akan mengalami puncak lagi. Kupercepat tusukanku agar memberi kesempatan Mas Dika ngecrot lagi. Kutidurkan tubuhnya. Kuangkat bokongnya ke atas hingga aku bisa ngentoti anusnya dengan berdiri mengakangi tubuhnya. Kontolnya kini mengarah turun tepat di atas wajahnya. Mas Dika semakin berusaha keras mengocoki kontolnya sendiri. Dia mendesah-desah dan mengeluh semakin nikmat. Tubuhnya kejang dan kaku. Kemudian menyemburkan pujuhnya lagi. Dan jatuh di wajahnya. Crooottt.... croooottt..... crooottt..... crooott.... croooott.... croooott....

gambar illustrasi, Sumber: Twitter @top_medan

Kulepaskan kontolku kuturunkan bokongnya hingga ia tidur terlentang agar aku memberi kesempatan ia agar bernafas. Sementara ia ber istirahat kukocok kontolku sendiri agar hasratku tetap stabil. Sementara itu kumainkan pejuh Mas Dika yang jatuh di wajahnya dengan kuusap ratakan keseluruh mukanya. Namun pejuhnya kini tidak sebanyak tadi. Pejuhnya semakin sedikit bahkan separuh pejuh dan separuhnya precum bening yang keluar.

Aku berbaring di sampingnya sambil terus mengocok kontolku sendiri. Kemudian Mas Dika berbalik mengarah kepadaku. Ia tersenyum puas padaku. Ia membantu mengocokkan kontolku dengan santai.

gambar illustrasi, Sumber: Twitter @berondong_bugil

"Kamu menepati janjimu Han, kamu bisa membawaku ke puncak kenikmatan berkali-kali. Kini aku percaya sama kamu Han. Terima kasih ya..." ucapnya penuh syukur dan tulus.

"Sekarang giliranku Mas, Aku belum keluar, mau aku keluarin di luar apa di dalam Mas?" Tanyaku kemudian.

"Sesuka kamu Han, kalau aku maunya di dalam Han, aku percaya sama kamu Han" ucapnya benar-benar tulus.

Sepertinya Mas Dika mulai terbuai dengan permainanku. Aku khawatir permainanku bisa mempengaruhi isi hatinya. Aku sendiri tidak siap jika harus mengikat status dengan Mas Dika dengan cinta seperti orang pacaran pada umumnya. Aku tahu takdirku sebagai laki-laki yang tidak ditakdirkan mencintai seorang pria. Bolehlah jika ia mencintaiku tapi yang aku takutkan Mas Dika mengekspos kemesraan dengan ku pada orang lain. Aku takut sifat bencong dan mulut embernya malah menyebarkan rahasia kami kepada orang lain.

"Heh kok bengong aja! Ayo lanjutnya katanya mau dilanjutkan!" Ajaknya membuyarkan pikiranku.

Tanpa kujawab kuturuti saja permintaannya. Aku kembali bangkit dan kembali mengentoti silit Mas Dika. Kini aku fokus pada klimaksku. Aku sudah tidak peduli dengan lawan mainku. Aku benar-benar harus memanjakan kontolku sendiri karena sekarang saatnya giliranku untuk klimaks. Aahh.... nikmatnya.... ini benar-benar surga dunia.... kenikmatan tiada tara. Kontol kudaku dijepit silit yang baru saja rusak keperawanannya. Ahhh..... aku tak tak lagi memikirkan Mas Dika, entah dia lagi horny atau kesakitan yang penting aku merasakan kenikmatan. Tiba-tiba hasratku ingin menciumi wajah dan mulutnya. Kuciumi dia dengan membabi buta. Semakin ku percepat tusukan kontolku di silitnya, semakin cepat... semakin cepat... ahh.... tubuhku mengejang, bulu kudukku berdiri menjalar mulai dari punggung, tengkuk, hingga kepala. Keringat di tubuhku mulai deras mengucur menghujani tubuh Mas Dika. Aku mengejan sekuat tenaga... AAAKKHH.... FFAAAAKKK... Jriiiiitttt... CRRROOOOTT.... CRRROOOTTTT.... CROOOTTT... CRROOOOTTTT..... CRROOOTT....

Pejuhkku kukeluarkan di dalam tubuh Mas Dika. Kini sari patiku telah diserap tubuh Mas Dika disedot anusnya yang berkedut-kedut. Aku benar-benar menggagahi pria remaja yang baru melepas keperawanannya tadi siang. Banyak sekali pejuhku yang bersemayam dalam tubuh Mas Dika. Mungkin jika dia anak gadis akan hamil kembar 3. Namun ia tidak memiliki rahim. Jadi dia tidak akan melahirkan dari benih-benih pejuhku yang kutanam di dalam silitnya.

Ahh puas rasanya. Kucabut kontolku dan kurebahkan badanku yang sangat lelah penuh keringat yang mengucur.  Tak kusadari dari tadi ternyata Mas Dika juga mengocok kontolnya sendiri. Tak berselang lama kemudian ia mengejan hingga perutnya mengempis dan mengeluarkan pejuhnya lagi. Cruuut...ceruuut... cruuut... kulihat ternyata yang keluar hanya percumnya saja yang bening membasahi jembutnya, hanya ada beberapa bercak pejuh yang keluar bersamaan cairan precum. Namun pejuhnya yang keluar sangat sedikit sekali. Tampaknya hari ini adalah hari pengurasan pejuh dan tenaga si banci bencong kampung yang ngondek, feminim, dan kemayu Mas Dika.

***

Tenaga kami sama-sama habis. Udara kamar memanas walaupun AC tetap menyala. Tubuh kami lengket penuh keringat dan pejuh nyiprat di mana-mana.  Kami tidur berdempetan di atas ranjang. Memandang awang-awang sambil terenggah-enggah mengatur nafas. 

"Han aku cinta sama kamu, maukah kamu bukan hanya jadi sahabatku tetapi lebih dari itu, aku pengen kita pacaran," Kalimat yang keluar dari mulut Mas Dika, seraya nafasnya tersenggal-senggal karena sulit diatur.

Dan kata-kata itulah yang kukhawatirkan dari tadi, ternyata keluar juga. Mas Dika mencampur-adukkan permainan sex gay dengan urusan cinta yang berhubungan dengan hati. Aku masih bingung bagaimana status pacarannya orang gay, apalagi aku remaja gay kampung yang tinggal di pesantren. Coba saja kalau dia perempuan, mungkin gaya pacaran kita seperti anak kampung pada umumnya, telponan pada tengah malam, saling SMS tanya kabar, keluar naik motor pacaran di pasar malam, atau ngapel pada malam minggu kemudian cipokan di ruang tamu. Sedangkan kami adalah lelaki. Kami lelaki mana mungkin kami berperilaku mesra seperti anak pacaran pada umumnya. Karena mereka berorientasi pada pernikahan. Apakah kami akan menikah dikemudian hari? Tidak mungkin kan! Mungkin jika kita sahabat tidak jadi masalah. Pikiranku terus berkecamuk.

"Han, han. Kamu mikir apa sih? Kamu dengerin aku gak sih?" Katanya membangunkan aku dari kemelut pikiranku.

"Em gimana ya, aku nggak bisa Mas menjalin cinta sama sampeyan mas, emm..., kita sahabatan saja ya," Kataku bingung mau bilang apa takut menyakiti hatinya.

"Jadi kamu nggak cinta sama aku? Terus pandangan apa yang tadi siang kau isyaratkan padaku? Terus kita ngentot segala seperti ini artinya apa? Kau mau mempermainkan aku?" Tanyanya mencerca dengan nada amarah.

"Bukan gitu mas maksudku, aku hanya mengikuti naluriku sebagai gay. Jujur saja aku hanya ingin bersenang-senang saja Mas, aku tak ingin berhubungan lebih intim lagi seperti pacaran Mas, sampeyan tau sendiri kan kalau kita ini laki-laki. Maafkan aku ya Mas."

"Oh ternyata bener kamu hanya mempermainkan aku. Jancok kowe Han!"

"Terus kalo kita pacaran, lalu apa? Mau bermesra-mesraan? Mau pamer pacar ke teman-temanmu? Terus mau telponan dan SMSan setiap hari? Kalo boleh jujur ya Mas, aku tuh memang cuma maen-maen aja, tapi asal kamu tau aja ya Mas, aku tidak ada niatan untuk menyakitimu. Walaupun aku mencari kenikmatan bagi diriku sendiri, tapi aku juga memikirkan kenikmatanmu juga Mas, kamu juga sama-sama mendapatkan kenikmatan kan!?" Bentakku. Dia hanya terdiam. Kemudian ia miring membelakangiku seraya memakai selimutnya. Kudengar ia terisak-isak menangis yang tertahan, namun berusaha disembunyikan dariku. Tampaknya aku memang menyakiti hatinya.

"Maafkan aku mas, aku kelewatan karena emosi. Maaf kan aku mas, aku benar-benar minta maaf, kita sahabatan aja ya, entar aku kenalkan sama kakang pondok yang sejenis kita deh!. Maain aku ya..." Mohonku sambil merangkul tubuhnya dari belakang. Ia tetap membelakangiku, bahkan tanganku yang melingkar di perutnya disibakkan dari tubuhnya pertanda menolak pelukanku. Aku salah tingkah. Lalu kubiarkan kemauannya. Aku memberi kesempatan agar dirinya sendiri dulu. Kubalikkan tubuhku ke samping kemudian mengambil selimut dan tidur di dalamnya. Kami tidur di bawah selimut yang sama namun saling tidur membelakangi.

***

Pada tengah malam kurasakan ia memelukku dari belakang di balik selimut. Kurasakan tangan Mas Dika memelukku.

"Aku udah maafin kamu Han, maafin aku juga ya, baik kita sahabatan saja. Aku ingin kita bersahabat selamanya..." Bisiknya di belakang daun telingaku. Mataku tetap memejam, aku seakan berada di antara dunia nyata dan mimpi. Aku kembali terlelap lenyap dan hilang semuanya...

***

Kubuka mataku, suara adzan subuh malengalun mendayu-dayu dari kejauhan. Kutoleh di sampingku sudah tak ada lagi sosok Mas Dika. AC di kamarnya sudah mati, pintu kamarnya terbuka serta terlihat cahaya lampu menyala di salah satu ruangan di luar sana. Aku bangun dan kulihat ternyata dia sedang belajar di meja belajat dekat ruang keluarga.

"Selamat pagi Mas, kok sudah bagun," tanyaku menghampirinya.

"Pagi Han, aku sedang belajar buat ujian pagi ini di sekolah." Jawabnya datar.

"Maafin aku ya Mas soal tadi malam." Sambil kupeluk dia dari belakang.

"Udah deh Han gak usah dibahas lagi, aku sudah melupakannya"

"Oke deh kalo gitu kita tetap sahabatan kan?" Tanyaku meminta keyakinan.

"Oke-oke terserah. Mau sahabatan, temenan, pacaran terserah kamu."

"Tuh kan masih ngambek. Oke gini deh, kapanpun kalo sampean pengen ngentot lagi kasih kode aku deh, tiap sore aku selalu maen bola di lapangan. Temuin aku di sana ya oke, kalo gitu aku pulang dulu ke pondok ya."

Kukecup pipinya dari belakang. Dia tidak merespon dan tetap fokus ke buku pelajarannya. Tetap ku tinggalkan dia dengan rasa kikuk, seperti orang asing lagi. Mas Dika tak mengantarkanku. Ia membiarkanku pulang sendirian.

Aku berbalik, berjalan keluar. Di pertengahan ruangan kutengok lagi ke belakang, Mas Dika tetap membeku sibuk belajar membelakangiku. Kulanjutkan langkahku keluar menuju pintu kamar tamu, kulihat bayangan tubuhnya yang memantul di samping jendela samping pintu ternyata dia menoleh ke belakang melihat langkahku keluar dari rumahnya sendirian menandakan bahwa dirinya masih berharap. Kulanjutkan perjalanan pulangku...


Cerita Selanjutnya Baca: Pengalaman Pertama Ngentot 3Some Bareng Kang Yasin Dan Mas Dika (Cerita Johan) #7


Baca "Cerita Johan" Dari Awal: Keperawananku Direnggut Lik Bambang (Cerita Johan) #1