Kamis, 30 Maret 2017

Perpisahan Rohim Dan Somad (Kisah Gay Indonesia Era 80an) #3

Kini hari-hari Somad dan Rohim diisi oleh cinta dan kasih. Mereka saling dapat menerima kekurangan dan kelebihan masing-masing. Senang dan susah mereka jalani bersama. Kini hati kedua perjaka dari desa terpencil tersebut sudah saling mengikat. Bahkan suatu saat ketika Somad mandi di sungai lalu terpeleset batu kali yang licin hingga ia pingsan, Rohim langsung mempunyai firasat buruk dan langsung berlari mencari Somad di kali, dan benar saja Somad tergeletak pingsan dengan kening yang berngucurkan darah segar. Rohim panik dan segera memberikan pertolongan pertama. Kain sarung ia sobek untuk membuntal kepala Somad agar darahnya mampet. Kekuatan ikatan hati mereka hingga dapat merasakan apa yang dirasakan pasangannya. Hubungan mereka berdua adalah wakil dari kekuatan cinta yang hakiki, yang dapat menerima kekurangan dan kelebihan pasangan, dan dapat merasakan apa yang dirasakan pasangannya.

Walaupun pada dasarnya mereka sudah saling mengikat hati, namun mereka tidak memanggil kekasihnya dengan sebutan sayang. Mereka lebih nyaman memanggil dengan sebutan "cong" (panggilan akrab pemuda di Madura. Dalam bahasa Indonesia: bung) atau dengan menyebut nama aslinya. Walaupun secara kasat mata tidak terlihat seperti sepasang kekasih, namun mereka mulai mengikat hati satu sama lain.

***

Seminggu lagi akan memasuki masa panen, sudah tak terasa mereka melewati waktu bersama hampir genap 3 bulan. Pada hari hari terakhir mereka bersama, intensitas bersenggama semakin rutin dilakukan. Hampir setiap malam mereka bersetubuh, bahkan diwaktu siang bolongpun mereka tak segan bersetubuh. Mereka sadar karena sebentar lagi jugaran pemilik tambak akan datang menantau panenan udang. Tentu keseharian mereka akan diawasi terus oleh juragan. Maka dari itu di hari hari terakhir sebelum pemanenan udang dilaksanakan, Somad dan Rohim semakin beringas melakukan persetubuhan. Di hari-hari terakhir mereka ngentot tidak lagi mementingkan kualitas seks, namun lebih pada kuantitas. Mereka langsung ngentot seperti kucing liar di terminal, begitu kontol ngaceng langsung sodok. Tak jarang pula mereka ngentot dengan waktu singkat bahkan belum 15 menit mereka sudah keluar. Begitu seterusnya.

*** 

Suatu hari juragan datang mengawasi pekerjanya yaitu Somad dan Rohim dari kejauhan untuk memantau bagaimana kinerja kerjasamanya dalam merawat tambak. Ia mengawasi kerja Somad dan Rohim dari kejauhan. Juragan mengawasi menggunakan teropong keker yang ia beli di Madinah saat ia Haji beberapa tahun lalu di penjual asongan dari Pakistan. 

Awalnya berjalan baik-baik saja. Rohim terlihat menyisir udang, sedangkan Somad terlihat sedang merajang sayuran. Dari beberapa evaluasi kinerja Rohim dan Somad memang bagus, mereka saling bekerja sama. Sedikit lagi Juragan akan menghentikan aksi mata-matanya lalu menghampiri kedua pekerjanya tersebut. Namun ternyata Juragan meneruskan aksi mata-matanya sekali lagi. Juragan melihat Rohim menghampiri Somad yang sedang merajang makanan. Tiba-tiba Rohim memplorotkan celana lusuhnya yang basah dan mengacungkan kontolnya dihadapan Somad. Somad menghentikan pekerjaannya lalu ia mengocok kontol Rohim lalu menelannya mentah-mentah ke dalam mulutnya. Juragan terbelalak melihat aksi kedua pekerjanya dari teropong. Juragan langsung memberi kesimpulan bahwa kedua pekerjanya tersebut tidak profesional dalam bekerja. Juragan mengurungkan niatnya untuk menghampiri Somad dan Rohim yang sedang melakukan hal yang tidak senonoh. Ia akan kembali lagi tiga hari kemudian tepat saat pemanenan dimulai. Juragan pulang. Kehadiran juragan saat itu tidak diketahui oleh Rohim dan Somad dan mereka tetap melanjutkan oral sex.
 
Gambar Illustrasi, Sumber: Twitter @pengagumlelaki


***

Hari itu juragan datang membawa beberapa box gabus dan beberapa bongkah es untuk siap memanen udang. Hari itu Somad dan Rohim bekerja lembur memanen udang mulai pagi hingga petang. Panenan musim ini tembus satu kuintal udang segar. Namun aura juragan tidak sesumringah rezeki yang diterimanya. Walaupun panen melimpah juragan tetap memandang aneh kedua pekerjanya tersebut. Somad dan Rohim tidak begitu memperhatikan gelagat juragan, mereka mencoba bekerja profesional di hadapan juragan agar juragan bisa menilai kegigihan kerja keras mereka.

Satu kuintal lebih udah sudah dinaikkan ke mobil bak datsun tua milik juragan. Ia akan kembali ke Kali Anget untuk mengurus produksi udangnya. Sementara Rohim dan Somad harus mengemasi tempat base camp mereka di tambak. Setelah Juragan mengurusi produksi udang ke pasar-pasar selanjutnya juragan berjanji kembali ke tambak untuk menjemput Rohim dan Somad ke tambak dan boleh kembali pulang karena kontrak sudah selesai.

***

Suasana terasa berbeda dihari-hari terakhir mereka berada di tambak. Somad tampak lebih sensitif karena ia tak ingin kehilangan momen-momen indah bersama Rohim. Begitu pula Rohim, namun Rohim lebih santai dan selalu membujuk rayu Somad untuk melakukan ML di momen-momen terakhir mereka bersama. Sikap Rohim yang agak memaksa malah membuat Somad tidak nyaman. Ia sangat sensitif dan tidak mau diajak bicara. Setelah dihibur oleh Rohim, akhirnya Somad mau berbicara juga.

"Kamu kenapa Mad?" Tanya Rohim.

"Aku sedih meninggalkan tempat ini, tempat kita memadu kasih. Dan sesaat lagi kita sudah tidak di sini lagi." 

"Tenang saja Mad, kita kan bisa tambah kontrak untuk bekerja di sini lagi!"

"Tapi bagaimana kalau ternyata hal itu tidak terjadi? Jalanku masih panjang Him dan aku tidak bisa seperti ini terus, aku harus bisa mencari nafkah, aku harus menikah dan meninggalkan kamu." Jawab Somad dengan nada ketakutan dan kalut.

Rohim sedikit kaget dengan pernyataan Somad. Ia menatap dalam mata Somad yang tampaknya sangat jujur dan polos. Ia sangat mengerti hati Somad, Somad tampak takut kehilangan dirinya yang selama ini sudah mulai tumbuh bibit-bibit cinta. Namun Somad juga ketakutan bahwa dirinya mempunyai orientasi seksual menyimpang. Rohim sangat mengerti jika Somad merasa terpenjara dalam orientasi seksualnya yang sudah menyimpang jauh dari norma. Sementara sebentar lagi Somad akan melangsungkan pernikahan dengan gadis desa. Somad sangat berbeda dengan dirinya yang lebih santai menghadapi hidup seperti air mengalir. Tampaknya Somad ketakutan menghadapi masa depannya sendiri. Rohim tersenyum pada Somad. Ia memberi semangat kepada Somad dan berjanji suatu saat ia akan menemuinya lagi jika sebentar lagi ternyata benar mereka berpisah. Somad tetap terdiam kalut.

Rohim mencoba menghiburnya sekali lagi dengan menggoda Somad menyungkurkan tubuhnya seperti posisi ngentot. Melihat Somad tersungkur, Rohim malah tertawa terbahak-bahak. Namun Somad sangat tersinggung atas bercandaan Rohim yang sebenarnya sangat sepele tersebut. Akhirnya Somad berdiri lalu memberi satu bogeman mentah di pipi Rohim yang sedang tertawa terbahak bahak. Rohim tidak tahu apa yang sedang terjadi pada Somad, ia pikir itu adalah bercandaan Somad lalu Rohim membalas kembali bercandaan Somad dengan cara mendorong tubuh Somad hingga ia tersungkur kembali. Somad semakin emosi lalu dia menghajar Rohim dengan serius. Rohim baru sadar ternyata Somad benar-benar marah, ia berusaha menangkis tonjokan Somad lalu membalas. Dan akhirnya mereka berdua saling beradu jotos seperti dan berkelahi sungguhan seperti ngengeroyokan copet pasar yang dimasa warga.

Setelah Somad berhasil memberi bogeman tepat di hidung Rohim, hingga hidungnya berdarah, maka ia menyelesaikan perkelahian. Ia pergi meninggalkan Rohim dengan keadaan muka mengucur darah segar dari hidung Rohim. Kemudian Somad pergi lalu mengemasi barang-barangnya.

Jantung Rohim berdegup kencang sangat syok apa yang terjadi pada dirinya barusan. Jemarinya masih bergetar. Ia mengelap hidungnya yang berdarah dengan kemeja lusuhnya hingga kemejanya kotor akibat bercak darah segar di bagian lengannya. Sekali lagi Somad menengok Rohim yang masih berdiri syok dengan kemeja penuh bercak darah di bagian lengannya, namun Somad tak peduli, ia meneruskan mengemasi barang-barangnya.

***

Somad dan Rohim kembali ke Kali Anget di rumah juragan untuk menerima honor. Mereka menumpang mobil bak terbuka di belakang. Dalam perjalanan pulang, mereka saling diam bahkan pandangan mereka sangat sinis seperti bersama dengan musuh bebuyutan di atas mobil box terbuka. 

Setelah lima jam perjalanan akhirnya mereka sampai di rumah juragan di Kali Anget. Rohim masuk ke kantor juragan untuk menerima honor, sementara Somad menurunkan barang-barang dari mobil seperti tenda, teko, wajan dll. Rohim bertatap muka dengan juragan di kantor. Juragan menjelaskan hasil evaluasi tugas mereka.

"Jadi evaluasi kerja kalian sangat bagus, kalian bisa bekerja sama dengan baik, hasil panen juga meningkat."

"Apakah itu artinya saya dan Somad bisa bekerja kembali di tambak musim depan gan?"

"Maaf Him, lebih baik kalian berhenti sampai sini carilah pekerjaan di luar sana, jangan kerja sama saya lagi, karena saya nggak mau menggaji pasangan yang sedang berbulan madu."

Rohim langsung terdiam tak bisa berkata apapun. Tampaknya hubungan dirinya dengan Somad selama ini di tambak Lapa Laok sudah diketahui oleh juragan.

"Ini honor kalian gaji saya naikkan 2x lipat menjadi 10ribu karena hasil udang melimpah melebihi target. Tapi jangan lagi bekerja dengan saya, karena saya tidak mau lagi menerima kamu dan Somad." Ujar juragan sambil memberikan 2 amplop untuk Rohim dan Somad yang isinya masing-masing 10 ribu.

Rohim keluar lalu mengemasi barang-barangnya. Ia menghampiri Somad yang rampaknya sudah selesai menata barang dan kemudian santai sambil melinting rokok klobot rajangannya sendiri. Rohim mendekati Somad yang sedang nikmat merokok di emperan toko. 

"Mad ini gajimu, kata juragan kerja kita baik, udang bisa panen 2x lipat. Gaji kita juga dinaikkan 2x lipat menjadi 10 ribu. Tapi sayang juragan tidak bisa memberi kita pekerjaan lagi." Ujar Rohim menjelaskan namun tetap menyembunyikan inti alasan juragan memecat mereka.

"Baguslah kalau begitu." Jawab Somad singkat, namun ekspresi mikronya tak dapat ditutupi jika  ia sangat sedih, merasa kehilangan, kalut, dan ingin menangis.

Kini Rohim baru merasakan kehilangan, namun situasi saat itu tidak memungkinkan bercerita curhat dengan intens, karena Somad terlihat kembali menutup diri. Rohim ingin sekali mengajak Somad mencari nafkah bersama kembali, namun ia takut ditolak. Rohim ingin sekali memeluk mesra, menumpahkan semua air mata perpisahan kepada Somad, namun ia takut ditolak. Akhirnya Rohim hanya bertanya sekedarnya.

"Kalau boleh tahu setelah ini kamu mau ke mana?" Tanya Rohim.

"Mungkin aku mau pulang, lalu aku akan menikah dengan gadis pilihan emakku di kampung." Jawab Somad seraya membuang muka menutupi ekspresi berbohongnya.

"Oh baiklah kalau begitu, aku juga mau pulang kerumah emakku, mungkin aku akan mewujudkan mimpiku menjadi penunggang karapan sapi setelah itu pergi merantau ke Surabaya untuk mencari nafkah di sana." Ujar Rohim.

Untuk sesaat mereka saling terdiam.

"Apakah kamu mau pulang sekarang, jika iya, kita berjalan bersama ke terminal sekarang, lalu kita berpisah di sana. Bagaimana?" Tawar Rohim membujuk Somad.

"Aku ingin di sini dulu, kalau kamu mau pulang silahkan." Tolak Somad menghindar.

"Baiklah kalau begitu aku pulang dulu." Tutup Rohim.

Rohim membawa barang-barangnya berjalan menuju ke terminal. Rohim berjalan lunglai mamun tetap meninggalkan Somad tanpa sekalipun menoleh ke belakang. Somad mengamati sosok Rohim yang berjalan gontai menjauh darinya. Somad merasa sangat kehilangan namun ia tak sangup mencegah kepergian Rohim. Kini mata Somad mulai berair hingga pelupuk tak dapat menahannya yang akhirnya air matanya jatuh membasahi pipinya. Bibirnya bergetar, cuping hidungnya memerah hingga air matanya keluar juga lewat lubang hidung. 

Somad segera bergegas sembunyi di gang sempit kemudian meluapkan kesediannya di sana. Ia berjongkok sambil menangis terisak-isak seraya menjotosi tembok rumah warga yang terbuat dari batako kasar. Tangan kanannya berdarah akibat menjotosi tembok batako, namun tak dirasakan oleh Somad. Ia menyesali dirinya sendiri. Pertama, ia merasa terjerumus dalam dosa besar yaitu menyukai seorang pria. Kedua, ia takut akan masa depannya yang harus menikah sementara dirinya sudah terjerumus dalam orientasi seksual yang dianggap menyimpang. Ketiga, ia tak ingin kehilangan Rohim sosok pria yang dicintainya. Keempat, ia sangat benci kepada Rohim yang membuatnya seperti ini. Kelima, ia takut karena mengingkari nasihat almarhum bapaknya agar tidak menjadi pria penyuka sesama jenis agar tidak dihakimi masa. Keenam, kini ia merasa sendiri di dunia ini menanggung dosa besar yang harus dipikulnya. Somad benar-benar menangis terisak isak di sela sela gang sambil jongkok, tangannya menutupi mukanya seolah ingin ia tanam di tanah dalam-dalam karena rasa malu pada dirinya sendiri.

***

Untuk kali pertama Somad mengenakan jas walaupun sudah usang. Ia duduk ditengah-tengah bapak-bapak yang sibuk mengepulkan asap rokok klobot. Tak lama kemudian Siti keluar dari kamar rias mengenakan kebaya dengan setelan sewek batik, kepalanya dihiasi sanggul sebesar lemper dengan 3 tusuk konde di sebelah kiri, kanan, dan atas. Siti keluar dari kamar dengan malu malu, ia digandeng perias serta emaknya. Wajahnya lebih ayu karena mengenakan pupur serta gincu yang membuat bibirnya merona. Ia kemudian duduk di samping Somad yang semakin gugup.
 
Gambar Illustrasi, Sumber: https://amorinme.wordpress.com/2010/10/


Akad nikah diselenggarakan secara sederhana namun kidmad. Sangat jarang sekali di desa Gedang menyelenggarakan pesta pernikahan. Walaupun pesta yang diselenggarakan sangat sederhana, namun seluruh kampung terutama anak anak sangat antusias menonton pengantin duduk di hiasan kuade sederhana. 

Setelah akad nikah digelar Somad dan Siti tak henti hentinya menangis melelehkan air mata. Kini mereka sudah menjadi keluarga yang sah. Apapun kemelut yang dirasakan Somad, ia harus siap menghadapi kenyataan. Ketakutan untuk menghadapi masa depan tiba-tiba muncul lagi di hati Somad. Ia merasa tidak punya kepercayaan diri dihadapan istrinya, apakah ia bisa melayani hubungan seksual istrinya dengan baik, sedangkan Somad sudah merasa menjadi orang lain yang pernah mencintai seorang lelaki. Mengingat hal tersebut Somad semakin menumpahkan air matanya, ia tidak peduli lagi menangis dihadapan banyak orang yang menonton dirinya dan istri dipajang di kuade sederhana. Emak Somad terus mengusap punggungnya untuk menenangkan Somad. Semua orang menganggap tangisan Somad adalah tangisan haru yang wajar karena akan menempuh hidup baru bersama istri. Padahal tangisan Somad adalah tangisan ketakutan akan masa depannya.

***

Malam itu setelah pesta selesai, Somad tidur bersama di kamar pengantin di dalam kelambu yang dihias bunga plastik bersama istrinya. Somad tidak tau apa yang harus dilakukannya, ia merasa tidak bernafsu dengan istrinya. Akhirnya Somad hanya berbaring membelakangi istrinya. Ia tidak peduli apa yang dirasakan oleh kemelut hati seorang istri yang akan menjalani malam pertama. Somad hanya tidur membeku dingin di atas ranjang berkelambu.

Mulai malam pertama hingga malam ke tujuh Somad tidak pernah menyentuh istrinya sama sekali. Hingga pada suatu malam istrinya merangkul lengannya dengan malu malu. Tampaknya birahi Siti sudah memuncak, dengan ragu ragu ia mencoba merangsang Somad dengan mengelus lengannya dari belakang. Somad tetap bersikap dingin. Hingga Siti meminta langsung pada Somad dengan membisikkan kalimat ajakan melakukan ML kepada Somad.

Dengan terpaksa Somad harus melayani istrinya tersebut. Ia mencium bibir, pipi, kening, dan leher. Kemudian meraba dada istrinya lalu memainkan putingnya. Siti sudah mendesah-desah lirih atas permainan Somad, namun Somad masih saja dingin, bahkan kontol Somad tidak ngaceng sama sekali. 

Selanjutnya Somad melucuti pakaiannya serta pakaian istrinya. Ia meraba-raba memek Siti sambil mengocok kontolnya dengan tangan kirinya. Somad memejamkan mata lalu membayangkan berhubungan dengan Rohim. Sosok Rohim dengan tubuh telanjang sangat melekat diingatannya. Somad membayangkan ketika dirinya bermain seks liar di pulau kecil tak berpenghuni bersama Rohim. Barulah kontolnya mulai ngaceng. Tanpa sadar ia melumat ganas tubuh istrinya seperti saat ngentot bersama Rohim di Lapa Laok. Setelah kontolnya dirasa cukup tegang barulah ia memasukkan kontolnya ke dalam memek perawan Siti. Blesss...
 
Gambar Illustrasi, Sumber: Twitter @pengagumlelaki


Siti berteriak tertahan lalu mendesah. Darah perawan menodai memek Siti dan kontol Somad. Somad terus menggenjot seperti saat ia melakukan dengan Rohim. Ia terus membayangkan ngentot bersama Rohim. Ia tidak peduli rintihan Siti, ia tetap fokus pada fantasinya dengan Rohim. Setelah beberapa lama akhirnya Somad dapat klimaks. Croooottt.... Croooottt.... Croooottt.... Croooottt.... Croooottt.... Croooottt.... Croooottt.... Croooottt.... Somad memuntahkan semua pejuhnya di dalam memek Siti. Setelah itu mereka berpakaian kembali lalu tidur hingga pagi menjelang.
 
Gambar Illustrasi, Sumber: Twitter @pengagumlelaki


Seperti malam-malam biasanya, Somad selalu bersikap dingin kepada istrinya. Ia tak akan mau menjamah Siti sebelum Siti meminta. Walaupun mereka tergolong pengantin baru namun mereka sangat jarang melakukan hubungan seksual, mungkin jika dirata rata hanya sekali dalam dua bulan. Namun tidak lama jelang pernikahan, sekitar usia 6 bulan pertama Siti sudah merasakan kehamilan.

Siti diantar emaknya periksa di dukun beranak di kampung sebelah dan ternyata benar, Siti hamil anak Somad untuk pertama kali. Setelah Somad menerima kabar dari Siti bahwa ia hamil, Somad tetap bersikap datar, ia cenderung egois memikirkan diri sendiri dan pekerjaannya yang selalu menyita waktu. Walaupun begitu Somad juga berusaha keras memerah keringat untuk menjadi tulang punggung emak, Siti, serta calon jabang bayinya. 

Somad bekerja sebagai buruh tani di desanya. Ia diupah sedikit hanya cukup menghidupi emak, Siti serta dirinya. Artinya ia harus banting tulang lebih keras lagi untuk membiayai calon jabang bayinya. Somad memutuskan untuk pergi ke kota untuk mengadu nasib bekerja sebagai kuli bangunan untuk tambahan penghasilan. Keluarga somad setuju atas keputusannya. Somad berjanji ia akan bekerja di kota terdekat agar dapat pulang setiap minggu.
 
Gambar Illustrasi, Sumber: Twitter @Avandyy1


***

Somad kerja membanting tulang untuk menghidupi keluarganya di kota menjadi kuli bangunan. Ia kerjakan apapun yang bisa dikerjakan. Sulitnya mencari nafkah hingga membuat Somad lupa akan masa lalunya. Seiring berjalannya waktu, kehidupan Somad semakin kejam. Sudah tiga tahun ia disibukkan dengan bekerja membanting tulang untuk menghidupi keluarga kecilnya di kampung. Belum lagi ternyata di usia 3 tahun setelah pernikahan Siti kembali hamil anak perempuan. Kini Somad dibebankan membiayai emak, Siti, dua anak perempuannya dan dirinya. Hingga kesibukan nguli sudah tidak ia rasakan lagi sengsaranya. Tampaknya ia harus menerima nasib yang sudah digariskan oleh Tuhan.

Kamis, 16 Maret 2017

Kisah Percintaan Perjaka Gay Dari Desa Terpencil (Kisah Gay Indonesia Era 80an) #2

Hari itu Somad dan Rohim bekerja sesuai tugas masing-masing. Mereka jarang berinteraksi bahkan seperti tidak saling mengenal. Somad dan Rohim saling diam, walaupun begitu mereka sama-sama sulit melupakan kejadian hina yang dilakukan tadi malam. Mereka saling membodohkan diri sendiri karena melakukan hal yang sangat tidak pantas. Somad sangat malu kepada Rohim karena bayangan tadi malam yang masih menghantui. Begitu pula Rohim yang malu kepada Somad dan membodohkan dirinya sendiri karena harus rela melepas keperawanan anusnya dengan sia-sia.

Malam itu setelah makan, seperti biasa Rohim langsung kembali ke dalam tenda. Sedangkan Somad rebahan di samping perapian sambil menunggu terlelap. Malam itu Rohim tidak mempersilakan Somad tidur lagi di dalam tenda bersamanya, tidak seperti biasanya yang selalu mempersilakan Somad tidur di tenda agar tidak masuk angin. Mereka saling mengurusi diri sendiri dan tugasnya masing masing.

***

Malam itu di dalam tenda Rohim masih belum bisa tidur juga. Bayang-bayang ngentot kemaren malam yang menghantui malah membuat terngiang hingga kontolnya menegang malu-malu. Ia berusaha melupakannya dengan beraktivitas menghaluskan karya patung buatannya yang berbentuk sapi. Ia menyalakan redup lampu minyak tanah lalu melanjutkan karyanya.

Saat Rohim mulai asik mengamplas patung sapi buatannya, tiba-tiba Somad menyibakkan kelambu sebagai pintu tenda lalu masuk sambil salah tingkah. Rohim kaget dan ikut salah tingkah juga. Rohim bingung apa yang harus dilakukan, apakah dia berhak mempersilakan masuk atau malah mengusirnya, pikirannya kalut, dia tidak bisa berbuat apa-apa. Somad masih berdiri menunduk dengan sikap salah tingkah. Tiba-tiba ia mendekat kemudian jongkok di depan Rohim. Mata Somad masih belum berani menatap mata Rohim. Mulutnya masih tertutup rapat. Tiba-tiba tangan Somad memegang pundak Rohim lalu menyentuh lembut hingga ke lengan Rohim yang kecil padat berotot.

"Maafkan aku..." ujar Somad kemudian. Ia memberi tanda pada Rohim agar dapat menangkap responnya. Setelah meminta maaf ia mulai berani menatap mata Rohim namun masih terlihat salah tingkah.

Rohim langsung menangkap sinyal yang diberikan Somad. Ia menjawab "Iya tidak apa-apa, sini kemarilah." Lalu Rohim memeluk Somad dan menyandarkan kepala Somad di dadanya yang bidang.

Tidak lama kemudian mereka saling berpandangan lalu dengan perlahan mereka berciuman sangat mesra. Tidak berselang lama ciuman mesra menjadi ciuman ganas. Rohim sibuk membukakan kancing kemeja lusuh yang dikenakan Somad kemudian menyibakkan hingga mereka berdua saling bertelanjang dada. Sarung yang mereka kenakan satu per satu sudah terlepas hingga mereka telanjang bulat di dalam tenda terpal.

Ciuman ganas sepasang perjaka desa terpencil berusia 19 tahun di dalam tenda yang tersibak kelambunya. Mungkin jika ada nelayan lewat akan terpampang nyata penampakan 2 tubuh telanjang perjaka desa yang bersetubuh tersebut. Namun suasana sangat sepi. Hal tersebut hanya mereka berdua saja yang tahu, karena mereka hidup sendirian di tepi tambak udang yang jauh dari pemukiman penduduk. Tak ada satupun nelayan yang berlabuh di pantai tersebut. Para penduduk juga tidak ada kepentingan untuk berkunjung ke sana. Pantai Lapa Laok hanya milik Rohim dan Somad saja. Tak ada lagi rasa takut kepergok masyararakat walaupun sedang ngentot di pinggir pantai sekalipun. Dan kini Rohim dan Somad sedang bersetubuh dengan keadaan telanjang bulat di dalam tenda terpal ditemani cahanya remang-remang dari lampu tempel minyak tanah.

Gambar Illustrasi, Sumber: Twitter @pengagumlelaki

Hati mereka masih bergejolak. Walaupun mereka bisa merasakan nikmatnya berciuman dan bercumbu dengan lawan main laki-laki, namun di dalam pikiran mereka masih syok dan tidak percaya apa yang sedang mereka lakukan saat itu. Rohim dan Somad mengikuti insting dan hasratnya walaupun berbenturan dengan akal rasionalnya. Mereka sama-sama tidak pernah berpikiran jika ternyata laki-laki bisa bercumbu dengan sesama laki-laki. Jangankan video gay porno, lihat akting Eva Ernaz di film 'Midah Perawan Buronan' yang sangat popular di bioskop di kota dan layar tancap di lapangan kecamatan saja mereka belum pernah melihat, bahkan tidak tahu dengan informasi seksual yang menjamur lewat film erotis kala itu. Tapi Rohim dan Somad bisa melakukan gerakan seksual persetubuhan dengan murni mengikuti insting mereka masing-masing.

***

Kini tubuh Rohim dan Somad sudah bertelanjang bulat. Ditemani oleh cahaya lampu tempel minyak tanah yang remang-remang, mereka saling ciuman bibir. Sesekali Rohim menjamah leher serta dada bidang Somad dengan mencupangnya. Begitu pula Somad sudah tidak sabar jemarinya mencolek-colek pantat Rohim dengan membuka lebar-lebar belahan bokongnya. Mereka berdua sudah tidak sungkan lagi mendesah menikmati permainan malam itu.

Kedua jejaka dari desa terpencil tersebut kini saling tumpang tindih tubuh hingga dada mereka yang mulai berkeringat saling berdempetan. Mereka berdua bisa saling merasakan degup jantung lawan mainnya yang menempel di dada. Selain mulut, dada, dan perut yang menempel, mereka berdua juga bisa merasakan gesekan kontol yang sudah menegang total di bawah perut. Kontol tegang Somad dan Rohim beradu bergesekan hingga membuat suasana semakin memanas. Terkadang akibat kontol yang digesek-gesek, sesekali kontol mereka terganjal hingga menekuk dan bikin ngilu.

Somad bangkit lalu membuka lebar-lebar kaki Rohim ke atas hingga pantat Rohim terbelah dan menampilkan kuncup bibir anus yang merekah. Secara perlahan kepala Somad mendekat ke arah anus Rohim. Dengan lembut ia menyapu permukaan anus Rohim dengan lidah tebalnya. Rangsangan yang diberikan Somad membuat tubuh Rohim mengejang menggelinjang. Kedua telapak tangan Rohim menutupi wajahnya yang berekspresi meringis menahan rangsangan dahsyat dari lidah Somad. Lidah Somad terus berputar-putar memberi rangsangan di permukaan anus Rohim hingga air liurnya berserakan membasahi pipinya serta pantat Rohim.

Kini kontol mereka berdua sudah tegang maksimal dan panas hingga mengeluarkan cairan precum tanda ingin segera berkandang. Kontol Somad sudah mengacung melengkung ke bawah dan siap berancang-ancang masuk ke anus Rohim. Kini kepala kontol Somad sudah mencium permukaan pantat Rohim. Rohim mendongakkan kepala ke atas sambil meringis menutup matanya rapat-rapat berharap tusukan kali ini tidak sesakit tusukan yang kemarin.

Perlahan-lahan blesss... tusukan pertama meleset, kontol Somad meleset ke bawah. Somad mencoba lagi, bless... tusukan kedua agak sulit karena anus Rohim menutup rapat dan tidak mau menelan kontol Somad. Somad tidak menyerah, ia lumuri kontolnya dengan air liur lalu memposisikan kembali kontolnya dan siap menyodok dalam-dalam. Blessss..... kepala kontol Somad sudah masuk, tak ingin kecolongan lagi, kemudian Somad menanam kontolnya dalam-dalam di anus Rohim yang ketat. Kini yang dirasakan Somad adalah batang kontolnya dijepit dinding anus Rohim yang rapat, namun kepala kontolnya masuk menyentuh prostat. Dan yang dirasakan Rohim adalah bibir anusnya terasa perih terbakar, dinding dalam anusnya terasa sesak dijejali segumpal otot kontol, lalu jauh di dalam perutnya terasa sensasi sodokan yang mengenai prostatnya hingga membuat darah adrenalinnya berdesir seperti akan jatuh dari jurang yang dalam.

Somad mendesah. Rohim meronta. Somad membiarkan kontolnya tenggelam agak lama supaya memberi kesempatan anus Rohim agar dapat beradaptasi. Rohim meringis kesakitan, meronta, sambil berpegangan erat lengan Somad yang padat dan kokoh. Somad mulai menggenjot mundur maju kontolnya yang sudah amblas sedari tadi. Awalnya ia menggenjot dengan perlahan karena khawatir terlepas, karena jika sampai terlepas maka sulit akan memasukkan lagi ke anus Rohim. Sementara Rohim mulai bisa merasakan kedutan otot kontol Somad yang bersemayam di dalam anusnya. Padahal sebelumnya hanya panas dan perih saja yang terasa di anusnya. Kini kedua pemuda tersebut mulai dapat menikmati inchi demi inchi gesekan sensual kedua tubuh tersebut.

Kali ini kedua pemuda desa tersebut mulai nyaman dan aman melakukan penetrasi. Sesekali Somad membuang ludah tepat pada persinggungan antara kontolnya dengan pantat Rohim. Ia melakukan itu ketika genjotan kontolnya dirasa mulai agak seret, setelah diludahi maka mulai licin kembali.

Kini mereka mendesah menikmati persenggamaan yang mereka lakukan dengan sadar. Kenikmatan sepercik surga telah meliputi sanubari mereka berdua. Persatuan tubuh yang membuat hati mereka berdua saling terbuka, hingga ketika di tengah-tengah permainan peraenggamaan yang begitu nikmat, tiba-tiba Somad menyatakan cinta kepada Rohim.

"Saya Cinta sama kamu Him, shhh... uhh...." ungkap Somad.

"Ahh.... hhhmm... uhh... aku juga Mad." Jawab Rohim sambil mengangguk-anggukkan kepala tanda membalas cinta dari Somad.

Mereka berciuman sangat mesra dan saling menyedot mulut lawan main mereka kuat-kuat. Somad membimbing Rohim menungging lalu ia menusuknya dari belakang. Somad melakukan secara naluriah yang pernah ia pelajari dari fenomena alam seperti kucing kawin. Somad terus menggenjot dan memfokuskan kenikmatan bercinta di syaraf sensitifnya.

Tiba-tiba Rohim mengeluh panjang saat Somad membantu mengocok kontolnya sedari tadi. Ia sudah tak tahan. Rohim tak kuasa menahan jalinan kenikmatan yang terus menguasai seluruh tubuhnya. Ia ingin meledak. Dan akhirnya crroooottt..... crroooottt..... crroooottt..... crroooottt..... crroooottt..... crroooottt..... crroooottt..... crroooottt..... crroooottt.....

Pejuh segar yang mewakili jalinan kenikmatan surga dunia yang menguasai tubuhnya kini muncrat keluar dari kontol Rohim yang panas. Sebagian besar mengenai tangan kanan Somad yang sudah membantu mengocokkan. Melihat Rohim menikmati klimaks, akhirnya Somad menjadi lebih bergairah dan semakin beringas menggenjot kontolnya di pantat Rohim. Ia menfokuskan kenikmatan di syaraf-syaraf sensitif di urat kontolmya. Somad mengeluh panjang dan menuntutut Rohim untuk meminum saripatinya.

"Akhh... aku juga mmmau muncraat.... kamu minum ya sayang..." ujar Somad sambil terus menggenjot pantat Rohim dari belakang.

Rohim telah tulus ikhlas memberikan jiwa dan raganya kepada Somad. Ia bersedia menjadi kekasih sekaligus budak seks untuk Somad. Apapun yang Somad inginkan dari permainan persenggamaan, ia bersedia melayani. Walaupun Rohim sangat lunglai dan lemas ia berusaha untuk mengumpulkan sisa tenaganya untuk meminum pejuh Somad atas permintaannya.

Somad mencabut kontolnya dari pantat Rohim lalu membiming Rohim untuk meminum pejuhnya. Rohim membuka lebar lebar mulutnya lalu melahap penuh kontol jumbo Somad dan ia siap menerima tembakan pejuh Somad.

crroooottt..... crroooottt..... crroooottt..... crroooottt..... crroooottt..... crroooottt..... crroooottt..... crroooottt..... crroooottt..... crroooottt..... crroooottt..... crroooottt.....

Gambar Illustrasi, Sumber: Twitter @pengagumlelaki

12 tembakan pejuh Somad telah masuk semua mengalir di tenggorokan Rohim. Ia bersedia meminum pejuh Somad sebagai tanda cinta dan keseriusan hubungan. Somad benar-benar puas atas kepatuhan Rohim sosok perjaka yang dicintainya. Ia memeluk mesra dan mengajaknya tidur malam sambil berpelukan.

***

Pagi itu adalah pagi yang sangat indah bagi Rohim dan Somad. Kini ucapan selamat pagi menjadi lebih bermakna karena hati mereka sudah saling mengikat. Bibit-bibit cinta mulai berkembang. Tanda kemesraan tidak lagi malu diekspresikan. Mereka tidak sungkan untuk saling berpelukan, berciuman bibir, menyentil titit, mencium pipi berpegangan tangan, berangkulan dll. Kini pantai Lapa Laok sudah menjadi milik mereka berdua.

Sudah pukul 10 pagi akhirnya pekerjaan selesai semua. Udang sudah disisir dan diberi pakan, kayu bakar sudah menggunung, peralatan masak sudah dicuci. Untuk hari itu pekerjaan sudah beres. Rohim berinisiatif mengajak Somad melaut menyusuri pulau-pulau kecil tak berpenghuni dan teluk-teluk tersembunyi yang berpasir putih. Somad setuju. Akhirnya mereka melaut menggunakan sampan milik juragan untuk menjelajah pulau pulau kecil tak berpenghuni seraya memancing mencari ikan untuk makan malam.

Dari kejauhan terlihat pulau kecil berpasir putih ke arah barat daya. Somad mendayung sampannya lebih semangat lagi. Dan benar ternyata, pulau tersebut terhampar pasir putih tanpa ombak sama sekali. Jangkar dilepaskan lalu mereka berdua segera melepas pakaian hingga telanjang bulat lalu lompat ke laut beradu cepat berenang menuju ke pulau tersebut. Rohim berenang mendahului Somad namun di tengah perjalanan Somad dapat menyusul Rohim dan ia menjadi yang pertama menginjakkan kaki di pantai pulau tersebut.

Kemenangan Somad harus dibayar apapun yang ia mau dari Rohim. Rohim menyetujuinya. Somad mempunyai satu permintaan, ia ingin digendong punggung oleh Rohim berlari memutari hamparan pantai pasir yang luas dan menjorok ke laut tersebut. Mau tidak mau Rohim menurutinya. Ia menggendong belakang Somad sambil berlari-lari mengelilingi pantai. Mereka berdua saling tertawa lepas. Sepasang sosok jejaka dari desa terpencil yang sama-sama telanjang bulat, kini telah menemukan kebahagiaan sederhana dengan teman sejatinya. Mereka saling tertawa lepas berlarian sambil bergendongan dengan membiarkan tubuh telanjangnya diterpa terik matahari hingga membuat kulit menjadi coklat gelap dan mengkilat serta membiarkan kontol lemas mereka bergoyang-goyang mengikuti arah kaki berlari.

Gambar Illustrasi, Sumber: Twitter @pengagumlelaki

Bercandaan mereka berakhir dengan cumbu rayu. Mereka kini saling menatap mata dalam-dalam seolah bisa menerawang jauh ke hati yang mulai terbuka. Bibir mereka saling berciuman, tangan mereka mulai meraba-raba tubuh lawan masing-masing dan persenggamaan dimulai kembali.

Somad membimbing Rohim untuk merebahkan tubuh di pasir pantai lalu ia membuka kaki Rohim lebar-lebar. Setelah itu Somad langsung menjilati pantat Rohim habis-habisan. Rohim merintih keenakan sambil tertawa ringan lalu kembali mengeluh sesekali memejamkan mata lalu menengok muka Somad di bawah sana. Mereka berdua sangat menikmati persatuan tubuh yang akan segera dimulai di bawah alam terbuka.

Kontol mereka sudah menegang sekeras batu, darah mendesir mengalir di seluruh urat kontol hingga kontol mereka memerah dan berkedut panas. Kontol Somad berancang-ancang masuk ke lobang pantat Rohim. Dalam sekali tusuk kontol Somad langsung amblas ditelan pantat Rohim yang merekah. Rohim mendesah nikmat, tangannya berpegang pada lengan Somad yang kokoh memberikan tanda agar genjotannya tidak terlalu kasar. Dengan insting kelelakian Somad, Somad sudah mengetahui apa yang diinginkan Rohim. Somad akan mengayomi, membimbing dan memuaskan Rohim dalam permainan seks kali ini.

Matahari mulai naik tepat di atas ubun-ubun. Seluruh tubuh mereka berlumuran pasir pantai karena bersetubuh hingga berguling-guling. Mereka sengaja mengulur-ulur waktu agar klimaksnya tahan lama seraya menikmati detail detail persetubuhan. Mereka pindah posisi di semak-semak dipayungi bayangan pohon kelapa. Permainan dimulai kembali.

Gambar Illustrasi, Sumber: Twitter @pengagumlelaki

Tak lama kemudian Rohim dan Somad sudah tidak tahan dan mengendalikan hasrat bersepakat untuk keluar bersama. Kontol Somad dicabut dari kandangnya kemudian dikocok bersama di atas kontol Rohim. Crooott... Crooott... Crooott... Crooott... Crooott... Crooott... Crooott... Crooott... Crooott... Crooott... Crooott... Crooott...

Pejuh Rohim dan Somad muncrat bertubi tubi menodai perut Rohim yang kembang kempis yang mementuk otot perut enam kotak. Mereka berpelukan dan berciuman ganas  dan puas menghabiskan sisa-sisa tenaga yang tertinggal. Kini mereka berdua tidur rebahan di bawah bayangan pohon kelapa dengan berbantal lengan mereka sendiri-sendiri. Perut mereka masih kembang kempis dan otot perut mereka telihat nyata terbentuk 6 kotak saat mengempiskan perut. Mereka mengatur nafas dan mengumpulkan energi lagi.


Satu jam berlangsung Rohim membangunkan Somad yang sudah mendengkur lirih. Tak terasa mereka tertidur setelah ngentot karena angin pantai yang sepoi-sepoi membuat pikiran menjadi tenang. Somad dan Rohim beranjak pergi dari pulau kecil tak berpenghuni tersebut lalu kembali pulang ke tambak udang, pantai Lapa Laok.



Cerita Selanjutnya Baca: Perpisahan Rohim Dan Somad (Kisah Gay Indonesia Era 80an) #3

Baca "Kisah Gay Indonesia Era 80an" Dari Awal: Nelayan Kampung Terjerumus Dalam Dunia Gay (Kisah Gay Indonesia Era 80an) #1

Kamis, 09 Maret 2017

Nelayan Kampung Terjerumus Dalam Dunia Gay (Kisah Gay Indonesia Era 80an) #1

Cerita ini adalah kisah nyata dari pengakuan seorang bapak gay berusia 50 tahun.

Tahun 1985 ketika itu pak Somad masih berusia 19 tahun. Ia pergi merantau ke kota Kali Anget Madura untuk menyambung hidupnya. Pada tahun1985, Somad seorang perjaka dari desa terpencil bernama desa Gedang Kecamatan Banyu Putih Kabupaten Sumenep Madura. Desa yang sangat terpencil, untuk menuju ke pasar terdekat saja harus melewati pematang sawah yang luas hingga 2 km. Desa yang sangat gersang hanya terdapat beberapa penduduk yang bekerja sebagai buruh tani di sawah milik orang lain. Desa Gedang yang terkenal sangat miskin dan kolot, tidak ada listrik dan jauh dari standar makmur.

Sejak kecil Somad tidak pernah mengenyam pendidikan. Dari kecil ia sudah diajarkan oleh emak dan neneknya bekerja buruh di sawah membantu perekonomian keluarga. Ayah Somad sudah meninggal saat ia masih usia 15 tahun. Di desa Gedang, menikah muda adalah tradisi yang sangat wajar. Bahkan anak perempuan berusia 12 tahun sudah menikah dengan perjaka usia 15 tahun yang dijodohkan oleh orang tuanya. Walaupun Somad tidak bisa membaca dan menulis namun urusan mengaji ia sangat mahir. Ia bisa mengaji Al Quran dengan fasih, ilmu tajwidnya juga lancar. Semua penduduk desa Gedang tingkat religiusitasnya sangat tinggi. Seorang kyai dan haji merupakan tingkat strata paling tinggi di sana.

Somad menetapkan hatinya untuk merantau ke kota saat usianya 19 tahun. Ia beralasan kepada emaknya untuk mencari nafkah, untuk membantu perekonomian keluarga dan untuk tabungan menikah. Somad sudah dijodohkan dengan gadis 15 tahun tetangganya sendiri. Maka dari itu ia ingin mencari nafkah ke kota untuk bekal menikah daripada membiarkan emaknya harus menjual kambing ternaknya untuk pesta pernikahan sederhana. Somad tak mau merepotkan emaknya. Akhirnya emak Somad mengijinkan Somad merantau ke kota.

Untuk pertama kalinya Somad merantau ke kota. Ia berbekal uang 2000 rupiah hasil menjual 3 ekor ayam jago di pasar. 2000 rupiah sangat banyak saat itu. Ia naik angkutan umum dan bis kota untuk ke Kali Anget kota kecil di Madura pusat perekonomian dan dekat pelabuhan. Sesampai di Kali Anget ia mondar-mandir sambil termenung melihat hiruk pikuk aktivitas pelabuhan yang ramai orang lalu lalang. Ia kesana kemari menghampiri kuli pikul untuk menanyakan informasi apakah ada pekerjaaan untuknya. Seorang kuli pikul yang bekerja di pelabuhan hanya bisa menunjuk seorang mandor dari kejauhan agar Somad bertanya sendiri apakah ada pekerjaan untuk dirinya atau tidak.

Somad bertanya pada mandor tersebut. Sang mandor sudah tidak ada lowongan lagi untuknya. Somad memaksa bahwa ia mau bekerja apapun termasuk menjadi kuli pikul di kapal. Tapi sang mandor tetap tak bisa memberikan pekerjaan baginya. Namun untung saja mandor tersebut berbaik hati ia memberikan alamat di perusahaan tambak udang tak jauh dari pelabuhan, mungkin saja di perusahaan tambak tersebut masih membutuhkan jasa kuli dan Somad bisa bekerja di sana. Somad sangat berterima kasih kepada mandor yang berbaik hati tersebut lalu ia pamit pergi menuju alamat yang diberikan.

Setelah tanya-tanya akhirnya Somad menemukan kantor tambak udang yang dimaksud. Kantor tersebut sangat kecil dan sederhana bangunannya seperti toko kelontong pada umumnya namun sayangnya masih tutup dan pemiliknya tak ada di dalam. Somad rela menunggu berjam-jam duduk di emparan sambil melinting rajangan rokok kelobot.

Dari arah kejauhan Somad melihat perjaka seumurannya yang tampaknya juga menuju ke kantor tambak tersebut. Tampaknya ia juga menanti pemilik perusahaan datang namun ia duduk menjauh dan menghiraukan Somad yang juga acuh sambil menghisap rokok klobot dalam dalam. Sifat Somad yang tertutup menjadikan dirinya seperti individu yang angkuh. Memang Somad tidak terbiasa bertemu dengan orang asing bahkan cenderung menutup diri. Ia menutup diri karena minder tidak bisa baca tulis dan dari keluarga miskin di desa miskin yang terpencil. Saat kecil Somad pernah trauma di ledek warga kampung sebelah yang lebih maju karena dirinya tidak bisa baca tulis. Kenangan itu masih membekas dihatinya hingga kini masih diratapi mengapa Tuhan tidak menakdirkannya bisa baca tulis. Sifat tertutup Somad menjadikan orang di sekitarnya merasa canggung saat ingin mengajaknya ngobrol, termasuk perjaka yang baru datang tersebut.

Dua perjaka umur 19 tahun yang sama sama dari desa yang merantau ke kota untuk mencari pekerjaan. Mereka sama sama menghisap rokok namun tak ada interaksi sama sekali. Mereka duduk sendiri sendiri, Somad duduk di emperan, sedangkan perjaka tersebut duduk di bawah pohon mangga. Terkadang mereka saling melirik dan membuang  pandangan saat kepergok melirik. Mereka termenung menanti kedatangan juragan tambak.

Juragan tambak akhirnya datang membawa sepeda kumbang. Ia kemudian menyapa perjaka tersebut namun menghiraukan Somad. Somad berdiri untuk menghormati sang juragan. Juragan tersebut tanya kepada Somad "Ada kepentingan apa?" Sambil membuka pintu. 

"Saya mau mencari kerja, saya bisa bekerja apa saja." Jawab Somad memelas.

Si juragan mempersilakan kedua perjaka tersebut masuk lalu untuk di data. Sambil menunggu mereka berdua didata, perjaka tersebut memberikan tangannya sambil mengenalkan dirinya.

"Saya Rohim." Kata perjaka tersebut.

Somad menerima jabat tangannya tanpa ekspresi. "Saya Somad." Jawab Somad singkat. Selanjutnya tak ada lagi interaksi yang dapat dibangun karena Rohim dan Somad saling diam menunggu sang juragan mendata mereka.

***

Rohim yang awalnya terbuka kini menjadi sinis kepada Somad karena Somad seperti pria sombong dimatanya. Disisi lain ia sangat iri pada Somad, karena Somad datang diwaktu yang tepat tanpa harus membuat janji pada juragan. Tidak seperti dirinya, Rohim harus membuat janji dulu dan berkorban waktu bermalam di emperan mushola untuk janjian bertemu dengan juragannya keesokan harinya. Apa boleh buat, keberuntungan belum memihak padanya.

Sang juragan telah selesai mendata Rohim dan Somad, kemudian ia menawarkan gaji untuk bekerja di tambak udang miliknya dipantai Lapa Laok dengan gaji 5000 untuk kontrak 3 bulan. Rohim dan Somad juga mendapatkan kiriman makanan, tenda dan keperluan lainnya. Rohim dan Somad setuju. Mereka menandatangani kontrak dan segera berkemas menuju tambak di pantai Lapa Laok.

Untuk menuju tambak udang Lapa Laok dibutuhkan perjalanan darat 4 hingga 5 jam. Mereka berdua menumpang mobil bak terbuka milik juragan di bak belakang dengan dipenuhi barang barang keperluan tambak. Setelah dari pantai Lapa Laok mereka diajarkan oleh juragan. Juragan memberi tahu pada Somad dan Rohim cara kerja di tambak. Mereka diberi pengetahuan singkat oleh juragan. Semuanya mengerti dan juragan pulang. Ia memberi pesan untuk beberapa hari ini sang juragan akan terus memantau hingga Rohim dan Somad becus bekerja setelah itu hasil tambak menjadi tanggung jawab penuh Rohim dan Somad hingga panen sampai selesai kontrak.

Sehari hari Rohim dan Somad bekerja di tambak yang panas. Somad mengurus urusan makan sedangkan Rohim yang menjaga tambak, memisahkan udang kecil dan dewasa dll. Mereka hanya bicara hal yang penting penting saja seperti urusan makan dan tambak selain itu tak ada lagi topik yang bisa dibicarakan.
 
Gambar Illustrasi, Sumber: Twitter @pengagumlelaki


Tiga hari kemudian juragan datang dengan perahu sampan. Mereka boleh menggunakan sampan untuk mencari kayu bakar di pantai pantai yang agak jauh. Ketika melihat kinerja Rohim dan Somad ia sudah mempercayakan penuh pada mereka karena Rohim dan Somad dinilai cepat beradaptasi dan mulai bekerja sama. Kemudian juragan Pulang dan berjanji akan mengirimkan bahan makanan seperti beras, air bersih, bumbu dapur, buah buahan, dan rokok dalam seminggu sekali. Kini tambak benar benar menjadi tanggung jawab Rohim dan Somad.
 
Gambar Illustrasi, Sumber: Twitter @pengagumlelaki


Suasana tambak di pantai Lapa Laok yang sangat sepi, terpencil dan panas. Diperlukan 1 jam jalan kaki untuk ke desa terdekat namun Rohim atau Somad tak ada keinginan jalan jalan pergi ke sana karena tanggung jawabnya terhadap tambak jauh lebih penting. Mereka meninggalkan tambak hanya untuk mencuci pakaian di sungai yang berjarak 2 km dari tambak, itupun mereka harus bergantian karena tambak harus tetap dijaga.

***

Sehari hari kegiatan mereka hanya memberi pakan udang, menyisir udang untuk dipisahkan yang dewasa dan yang kecil, memasak untuk sarapan, mencari kayu bakar, memancing ikan, istirahat, lalu mandi di sungai. Malamnya membuat api unggun, menanak nasi, memasak air untuk wedang kopi, membakar ikan hasil pancingan lalu kembali tidur. Begitu seterusnya hingga bosan. Sudah seminggu Rohim dan Somad hidup bersama tapi jalinan antarkekerabatan masih sangat renggang hal tersebut karena jarangnya mereka berkomunikasi.

Pada suatu hari saat sedang istirahat Rohim mengukir kayu dibentuk seperti miniatur sapi yang gagah.

"Apa yang sedang kau lakukan? Sini aku pinjam pisaunya." Tanya Somad kepada Rohim.

Gambar Illustrasi, Sumber: Twitter @KuliLovers
Rohim memberikan pisaunya lalu membolak balik karya barunya sambil meniupi debu debu kayu yang masih menempel. Ia memamerkan karya terbaiknya yaitu patung sapi gagah kepada Somad yang sibuk merajang bumbu untuk masak.

"Ini karya terbaikku, sapi gagah. Suatu saat aku akan bisa menungganginya di festival karapan sapi di desaku. Apa kamu suka karapan sapi?" Tanya Rohim kemudian.

"Ya tentu saja, ketika aku masih kecil saat aku punya uang jajan lebih pasti aku dan almarhum ayahku pergi nonton festival karapan sapi di kecamatan. Aku selalu dipanggul almarhum bapak sambil bersorak sorai menyemangati para pengendali sapi itu. Dan pulangnya ayahku membelikanku es gosrok dan gulali. Yah memang aku sangat merindukan kebahagiaan itu bersama almarhum tapi sekarang aku sudah dewasa harus mencari kebahagiaan sendiri." Kata Somad sambil mengenang masalalunya yang indah dan siap melangkah dalam persaingan hidup yang kejam.

"Kukira kau anak paling beruntung Mad, ternyata kita sama. Sama sama orang miskin. Saat itu waktu usiaku masih 9 tahun, di desaku ada lomba mengendarai karapan sapi untuk anak anak dalam rangka mencari bakat bakat baru. Aku sangat antusias dengan acara itu tapi sayang aku gagal. Tapi aku terus mencoba hingga saat waktu Agustusan tahun lalu aku juara. Mungkin Agustus depan aku akan kembali mengikuti acara tersebut. Lalu ngomong ngomong apa rencanamu setelah kontrak kerja di tambak ini selesai?" Tanya Rohim.

"Entahlah mungkin aku akan pulang kampung. Aku akan menikah dengan Siti gadis desa yang telah dijodohkan padaku. Akupun juga tidak tahu apakah setelah menikah kelak aku akan bekerja di kampungku menjadi buruh tani atau aku bekerja lagi di tambak ini." Ujar Somad yang masih bingung dengan jalan hidupnya.

Tiba tiba Rohim tertawa meledak sambil menjotosi lengan Somad yang padat yang gelap mengkilat. Somad masih bingung mengapa Rohim bisa sampai tertawa terbahak bahak seperti itu. Rohim tertawa hingga keluar air mata sampai perutnya melilit. Ia berusaha menjelaskan kepada Somad bahwa dia tertawa karena semenjak mereka hidup bersama baru kali ini kalimat terpanjang Somad yang pernah ia dengar. Somad tertawa ringan melihat kelakuan konyol teman barunya. Somad mengaku bahwa yang barusan adalah kalimat terpanjang yang pernah ia ceritakan pada seseorang semenjak setahun belakangan. Rohim tambah terpingkal pingkal lagi.

Matahari mulai merayap sembunyi. Api unggun kembali berkobar. Air liur banjir di dalam mulut mereka karena sangat lapar, namun mereka berdua harus menunggu semuanya matang. Momen makan malam yang ditunggu akhirnya datang juga. Menu makan malam kali ini memang sama seperti menu menu yang sebelumnya, tapi malam ini sangat nikmat karena baru kali ini mereka saling berinteraksi. Padahal pada malam malam sebelumnya semanis apapun kopi yang diseduh tetap terasa hambar karena tidak ada topik pembicaraan. Tampaknya Somad mulai berasaptasi dengan lingkungan barunya.

***

Setiap malam Somad selalu tidur di luar di dekat api unggun. Ia selalu menolak dengan halus ajakan Rohim untuk tidur di tenda. Rohim merasa tidak enak hati karena ulah Somad tidak menggunakan fasilitas dari juragan secara bersama. Padahal Rohim selalu mengingatkan Somad untuk tidur di dalam saja, ia tak masalah berbagi tempat tidur di tenda. Namun Rohim hanya berterima kasih, ia memilih tidur di dekat api unggun karena lebih nyaman begitu katanya. Hingga Rohim capek menawarinya lagi agar ia tidur di tenda.

Tapi pada malam itu gerimis datang. Sekali lagi Rohim menawari Somad agar tidur di dalam tenda. Rohim tak keberatan berbagi tempat tidur di dalam tenda terpal yang sempit. Namun Somad lebih memilih berteduh di bawah pohon. Rohim meneriaki Somad agar jangan memaksakan diri. Hingga akhirnya hujan lebat mengguyur pantai Tapa Laok.

Somad permisi masuk ke tenda dengan sopan seperti bertamu di rumah pak Kyai. Rohim tak habis pikir dengan ulah Somad, yang masih membawa kebiasaan kolotnya di desa. Somad masih menganggap tenda tersebut bukan miliknya maka dari itu ia harus permisi untuk menumpang tidur. Bagi Rohim rasa sungkan Somad terlalu berlebihan. Kemudian mereka mengatur posisi seperti ikan sarden kaleng. Apa boleh buat mereka harus berdempet-dempetan untuk berbagi tempat.

Malam telah larut. Air hujan seakan ditumpahkan dari langit. Hawa menjadi dingin. Somad sudah tidur terlelap dan tak sadar ia merangkul Rohim dari belakang. Somad mendengkur lirih di belakang telinga Rohim sedangkan hembusan nafasnya menerpa leher bagian belakang Rohim. Sebenarnya Rohim agak geli dengan hembusan nafas Somad, namun ia membiarkan saja. Lama kelamaan leher Rohim menjadi sensitif, setiap nafas Somad yang dihembuskan mengenai leher Rohim membuat bulu halus rohim menjalar dari kepala, leher, punggung, hingga pantatnya. Bulu kuduk yang berdiri serta darah yang berdesir membuat kontol Rohim menjadi tegang. Rohim mulai gelisah dan tidak enak tidur.

Kontol rohim telah menegang total di balik sarung usang yang ia kenakan. Entah setan apa yang lewat tiba-tiba tangan rohim meraih ke belakang menyentuh kontol Somad yang masih tidur. Jantung Rohim berdegub kencang, ia seakan tak bisa mengendalikan kemauan tangannya yang terus memainkan kontol Somad. Tangan Rohim meraba, meremas dan memberikan sentuhan lembut pada kontol Somad yang mulai mengencang di balik kolor yang dikenakannya. Kontol Somad mulai mengencang dan tegang karena rangsangan yang diberikan Rohim. Akhirnya Rohim bisa memplorotkan kolor Somad hingga kontolnya keluar mengacung ketat di belakang pantat Rohim. Rohim meludahi tangannya lalu melumurkan pada kontol Somad dan memainkan maju mundur. Kontol Somad licin dan mulai memanas. Somad tetap mendengkur lirih namun ia semakin mengencangkan pelukannya di badan Rohim. Somad mulai memaju mundurkan pinggulnya tanpa sadar. Tampaknya kocokan Rohim membuat Somad mimpi basah. Sembari mengocok kontol Somad, Rohim juga mengocok kontolnya sendiri.

Malam itu hujan tak kunjung berhenti namun suasana di tenda semakin panas. Tiba tiba Somad kaget dan bangkit dari tidurnya langsung menangkis tangan Rohim.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Somad yang masih syok berat.

"Ayo lah santai saja Mad..." jawab Rohim menenangkannya. Lalu ia menggapai lengan Somad untuk diajak tidur lagi.

Somad mengelak, "Jangan macam macam ya!" Ancam Somad sambil mencekik leher Rohim.

Rohim menangkis tangan Somad hingga terlepas lalu ia mendorong tubuh Somad ke belakang hingga Somad terlentang. Setelah itu Rohim langsung melahap kontol Somad yang masih mengacung. Ia betul-betul menikmati kontol Somad yang kencang dan panas. Diemut lalu dikocok, diemut lalu dikocok. Somad tak kuasa mengelak dari rangsangan nikmat yang diberikan Rohim. Ia merem untuk menikmati servisan Rohim.

Namun tak lama kemudian ia kembali sadar dan kaget lagi lalu mengelak lagi. Somad bangkit kembali lalu ia duduk sambil merangkul lututnya, ia seperti ketakutan dan syok berat. Rohim berusaha meyakinkan Somad, ia berjanji tak akan membicarakan ini pada siapapun. Rohim mengajak meneruskan permainan, ia menyuruh Somad untuk memasukkan kontolnya ke dalam pantatnya. Somad akhirnya mencair. Somad langsung memplorotkan celananya dan menyibakkan sarung Rohim hingga bokong Rohim terbuka. Somad meludahi tangannya lalu ludahnya dilumurkan pada kontolnya kemudian membimbing kontolnya masuk ke dalam pantat Rohim yang perawan.

Beberapa kali kontol Somad meleset masuk, ia kemudian membuka kaki Rohim lebar lebar lalu memasukkan kontolnya kembali dengan beringas. Blesss.... kontol Somad terjepit rapat anus Rohim yang singset. Rohim mengeluh menggelinjang kesakitan. Sedangkan Somad tak mau tahu kesakitan yang dialami rekannya. Ia terus menggenjot pantat Rohim mundur maju dengan ritme yang cepat. Tubuh Somad mulai mengkilat keringat, jantungnya berdegup kencang, darahnya berdesir, lalu ia mengejang dan memasukkan keseluruhan kontolnya ke dalam pantat Rohim yang mencengkeram rapat. Somad menumpahkan mani nya ke dalam pantat rekannya. Croooott... Croooott... Croooott... Croooott... Croooott... Croooott... Croooott... Croooott... Croooott... Somad mengantur nafasnya sejanak lalu ia mengenakan kolornya kembali lalu tidur membelakang Rohim.
 
Gambar Illustrasi, Sumber: Twitter @pengagumlelaki


Somad mencampakkan Rohim. Sementara Rohim sudah tak berdaya, pantatnya di jebol begitu saja. Ia menyesal mengapa harus menuruti instingnya, coba saja jika ia tak menuruti instingnya mungkin pantatnya tak perih seperti ini. Rohim merasa diperkosa, namun ia juga tak bisa menyalahkan Somad, karena Rohim sendiri yang meminta dan menuruti insting seksualnya. Pantatnya yang perih merekah karena dijebol kontol Somad akhirnya ia malah tidak bisa menikmati sama sekali. Kontolnya juga tidak bisa ngaceng karena terkalahkan rasa sakit yang diderita. Akhirnya Rohim kembali mengenakan sarung usangnya lalu tidur menyamping membelakangi tubuh Somad. Ia mengusap air matanya yang jatuh di pipi karena kesakitan yang luar biasa yang baru saja dialami untuk pertama kalinya. Ia berusaha tidur nyenyak dan berharap pantatnya yang masih panas bisa sembuh esok pagi...

***

Pagi itu di pantai Lapa Laok sangat cerah dan segar. Langit biru awan semburat putih bersih. Burung burung manyar terbang kesana kemari mencari pakan. Embun embun mengendap di dedaunan. Rohim terbangun dari tidurnya lalu ia keluar dari tenda. Somad sudah bangun duluan, ia memasak air untuk wedang kopi. Ia menoleh ke arah Rohim. Rohim mendekat duduk di samping Somad, ia mendekatkan telapak tangannya diperapian untuk menghangatkannya. Seperti biasa Rohim mengucapkan selamat pagi kepada Somad. Namun somad hanya terdiam.

Kemudian Somad menatap mata Rohim untuk mengajaknya bicara serius.
"Aku mohon jangan bicarakan pada siapapun apa yang terjadi pada kita tadi malam. Cerita itu cukuplah berakhir di sini saja." Pinta Somad serius.

"Mengapa harus aku ceritakan pada orang lain? Ini urusan kita. Ini rahasia kita. Orang lain tidak berhak mencampuri urusan kita." Jawab Rohim yang siap menjaga rahasia bersama.

"Kau tahu, dulu waktu aku masih kecil, aku pernah di ajak bapak menyusuri desa. Di desaku ada tegalan luas dan terdapat jalur sungai mati. Almarhum bapak mewanti wanti aku untuk tidak berbuat dosa besar dengan menjadi penyuka sesama jenis. Kalau sampai itu terjadi, bukan hanya dihukum oleh Tuhan, namun juga dihakimi oleh masyarakat. Almarhum bapak memberitahuku sesosok sepasang mayat laki laki yang dibuang begitu saja jasadnya di jurang tersebut. Kepalanya hancur dan jasadnya membusuk akibat dihajar oleh masyarakat karena perilakunya yang menyimpang. Aku benar benar takut dan memeluk bapak rapat rapat. Sejak saat itu aku tidak ada sama sekali terpikirkan untuk berbuat sama seperti mayat yang dibuang masyarakat itu. Dan kali ini aku begitu bodoh. Aku bercinta dengan sosok laki laki tadi malam. Kau tahu Him. Aku masih normal. Setelah kontrak kerja ini selesai, aku akan menikah dengan calonku. Jadi jangan kau usik lagi ketenanganku!" Kata Somad dengan hati kalut.

"Aku minta maaf kalau tadi malam mengganggu ketenangamu. Entah setan apa yang lewat hingga kita melakukan hal seperti itu tadi malam. Tapi kau juga harus tahu, aku juga pria normal sama seperti dirimu." Jawab Rohim.

"Baiklah rahasia ini cukup kita pendam di Lapa Laok saja. Baiknya kau juga sesegera mungkin melupakannya." Kata Somad.


Mereka kembali melakukan aktivitas seperti biasa kembali. Setelah sarapan, Rohim mengurus tambak dan memancing ikan, sedangkan Somad mencari kayu bakar dan membantu pekerjaan Rohim. Mereka beraktivitas seperti hari pertama mereka bekerja. Mereka saling tak berinteraksi, seperti belum kenal satu sama lain. Mereka berinteraksi seperlunya saja.